Pilihan

Water Bombing Jalan Terakhir Paling Mahal Padamkan Karhutla, Segini Biayanya - Beritasatu

 

Water Bombing Jalan Terakhir Paling Mahal Padamkan Karhutla, Segini Biayanya

By Binti Mufarida
inews.id
September 8, 2023
Sebuah helikopter tengah melakukan water bombing
Sebuah helikopter tengah melakukan water bombing

JAKARTA, iNews.id - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mengatakan pemadaman menggunakan operasi water bombing merupakan strategi atau jalan terakhir memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Water bombing juga merupakan operasi yang mahal.

Biasanya, operasi water bombing dilakukan dengan menggunakan pesawat fixed wings atau bersayap tetap maupun bersayap putar seperti helikopter.

Secara teknis, operasi water bombing membutuhkan penampungan sumber air yang besar untuk diangkut menggunakan pesawat menuju titik api. Lokasi sumber air akan lebih sulit ditemukan pada musim kemarau seperti yang dialami belakangan ini.

“Operasi udara itu jalan terakhir. Jadi operasi darat dulu dilakukan. Jangan sampai menunggu api membesar. Kalau api membesar maka sia-sia kita,” kata Suharyanto, Sabtu (9/9/2023).

Suharyanto mengungkapkan, operasi water bombing membuat negara harus mengeluarkan anggaran senilai kurang lebih Rp150 juta untuk satu jam penerbangan mengangkut dan menyiramkan air di titik-titik hotspot.

“Itu mengangkut air water bombing per satu jam 11.500 USD atau 150 juta rupiah itu,” ujar Suharyanto.

“Kasihan negara, bayar mahal,” tambah mantan Pangdam V/Brawijaya ini.

Editor : Reza Fajri

Follow Berita iNews di Google News

Pemerintah Indonesia harus menyewa helikopter untuk operasi water bombing. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan lebih terkuras apabila negara memiliki helikopter sendiri, mengingat perawatan atau maintenance sebuah helikopter membutuhkan biaya rutin meski tidak digunakan terbang.

Dengan kata lain, karhutla menjadi bencana yang paling mahal operasi penanganannya.

“BNPB itu bekerja sama dengan pihak ketiga. Instansi lain punya 3 helikopter saja berat merawatnya. Megap-megap juga perawatannya (kalau punya helikopter sendiri). Itu bayarnya banyak sekali,” kata Suharyanto.

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Antaranews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsitek