Negara-negara Arab Pernah Embargo Minyak ke AS Akibat Ulah Israel - CNN Indonesia

Negara-negara Arab Pernah Embargo Minyak ke AS Akibat Ulah Israel

cpa | CNN Indonesia
Selasa, 14 Nov 2023 07:51 WIB
Sebelumnya, Arab pernah melakukan embargo kepada negara-negara yang mendukung militer Israel selama Perang Arab-Israel Tahun 1973.
Ilustrasi. Kilang minyak milik perusahaan Saudi Aramco. (HASSAN AMMAR / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Iran, Ebrahim Raisi, menyerukan untuk mengembargo minyak Israel saat konferensi tingkat tinggi (KTT) luar biasa antara Liga Arab dan Organisasi Kerja sama Islam (OKI) di Riyadh, Arab Saudi pada Sabtu (11/11).

Raisi mengungkapkan bahwa Israel harus dijatuhi hukuman internasional atas aksinya membunuh puluhan ribu warga Gaza, Palestina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tuntutan Raisi mengembargo minyak Israel mendapat penolakan dari Mesir, Qatar, Yordania, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA). Mereka menyatakan penting untuk terus menjaga saluran terbuka dengan pemerintahan Netanyahu dengan perjanjian-perjanjian damai yang telah dibuat.

Sebelumnya, Arab pernah melakukan embargo kepada negara-negara yang mendukung militer Israel selama Perang Arab-Israel Tahun 1973.

Anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Arab mengembargo Amerika Serikat karena membantu militer Israel dan ikut campur dalam perdamaian pasca perang, dikutip dari Office of The Historian.

Embargo Arab juga meluas ke negara lainnya, seperti Belanda, Portugal, dan Afrika Selatan yang turut membantu Israel.

Kebijakan embargo melarang ekspor minyak bumi ke negara-negara sasaran. Hal ini membawa pukulan besar bagi krisis energi dunia dan melonjaknya harga karena gangguan pasokan minyak.

Dilansir dari Britannica, embargo terhadap Amerika Serikat dicabut pada Maret 1974, tetapi tidak dengan negara lainnya yang terus berlangsung selama beberapa tahun.

Keadaan krisis ini membuat Amerika Serikat dan Eropa Barat mulai mempertimbangkan ketergantungan mereka dengan Timur Tengah. Amerika dan Eropa mulai mengubah arah kebijakan energi dalam negeri untuk meningkatkan produksi minyak.

Pada 1973, OPEC menuntut peningkatan harga dan bagian pendapatan yang lebih besar kepada perusahaan minyak asing.

Saat embargo minyak bumi diberlakukan, awalnya harga minyak naik dua kali lipat, lalu semakin melonjak menjadi empat kali lipat. Kondisi ini mengancam resesi global. Jumlah produksi dalam negeri Amerika Serikat tidak cukup memenuhi kebutuhan yang ada.

Pemerintah memberlakukan pembatasan bahan bakar untuk menekan konsumsi. Mantan Presiden Amerika Serikat Richard M. Nixon yang menjabat saat itu berusaha untuk merebut ladang minyak di Arab Saudi, Kuwait, dan Abu Dhabi.

Namun, jalur negosiasi akhirnya dipilih untuk menciptakan perdamaian dan menghentikan embargo minyak bumi. Presiden Nixon dan Menteri Luar Negeri Henry Kissinger melakukan perundingan dengan pemimpin Arab terkait embargo dan perdamaian Israel dengan musuhnya.

Perundingan mencapai titik puncaknya saat tercipta Perjanjian Pelepasan Mesir-Israel pada 18 Januari 1974 yang diikuti dengan pencabutan embargo.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat memiliki dilema antara dukungannya kepada Israel dan ketergantungannya terhadap Timur Tengah.

(bac)

Baca Juga

Komentar