Enam BUMN di Bawah Kemenkeu Catat Kinerja Positif Sepanjang 2024, Ini Daftarnya - Bagian all
Enam BUMN yang berada di bawah pembinaan dan pengawasan Kemenkeu menunjukkan kinerja yang signifikan sepanjang 2024.
Enam BUMN di Bawah Kemenkeu Catat Kinerja Positif Sepanjang 2024, Ini Daftarnya. Foto: MNC Media.
IDXChannel - Enam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah pembinaan dan pengawasan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan kinerja yang signifikan sepanjang 2024.
BUMN tersebut terdiri dari PT Geo Dipa Energi (Persero), PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), PT Sarana Multi Infrastruktur Indonesia (Persero), PT Sarana Multigriya Finansial (Persero), Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan PT Indonesia Infrastructure Finance.
Berikut ulasan kinerja enam BUMN tersebut Sepanjang 2024.
1. PT Sarana Multi Infrastruktur Indonesia (Persero) atau PT SMI
Mengutip laman resmi Kemenkeu, PT SMI mencatatkan total investasi mencapai Rp147,4 triliun per September 2024.
Direktur Utama PT SMI Reynaldi Hermansjah mengatakan, mayoritas pembiayaan diarahkan pada badan usaha dan pemerintah daerah, dengan tujuan untuk meningkatkan pemerataan infrastruktur dari Indonesia bagian timur hingga barat.
"Kita ingin menjadi suatu katalis pembangunan infrastruktur di Indonesia serta memastikan untuk memitigasi market miss pembiayaan atau mempersiapkan project di sektor infrastruktur," kata Reynaldi.
Lebih lanjut, PT SMI juga aktif dalam mengembangkan proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
"Di sini PT SMI berperan sebagai Project Development Facility (PDF) atau yang melakukan persiapan proyek dan juga pendampingan transaksi sampai dengan project-project itu bisa terlaksana dan terbangun dengan sempurna," kata Reynaldi.
Terdapat 30 Proyek KPBU yang telah didampingi fasilitas PDF dan FPP IKN mencakup sektor bendungan, rumah sakit, bandara, pengelolaan sampah, dan jalan dengan total nilai proyek sekitar Rp125 triliun.
Ke depannya, PT SMI akan menargetkan tidak hanya Pemerintah Daerah (Pemda), namun juga BUMD (khususnya PDAM dan BLU/D (khususnya BLU Rumah Sakit) dengan strategi kolaborasi/sinergi pendanaan TKD serta pendekatan proaktif ke Pemda.
2. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) atau PT PII
PT PII optimistis mencapai pendapatan yang diproyeksikan melampau target RKAP 2024, yaitu sebesar 102 persen dan laba bersih mencapai 103 persen dari target.
Jika dibandingkan dengan 2023, PT PII mencatatkan pendapatan sebesar Rp1,32 triliun dengan laba bersih sebesar Rp836 miliar.
Dalam laporan tahunan 2023, salah satu Special Mission Vehicles (SMV) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tersebut mencatatkan kinerja positif yang terlihat dari hasil score assessment GCG dengan nilai 90 (Sangat Baik).
Direktur Utama PT PII M. Wahid Sutopo mengatakan pendapatan dan laba tersebut merupakan capaian tertinggi semenjak didirikan pada 30 Desember 2009.
Selain itu, efisiensi kinerja PT PII juga ditunjukkan perseroan dengan marjin laba bersih yang mencapai 63 persen dan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sebesar 37 persen.
3. PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF
PT SMF melaporkan kontribusi ke negara senilai Rp2,2 triliun hingga September 2024. Direktur Utama PT SMF Ananta Wiyogo saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR mengungkapkan bahwa SMF berkontribusi untuk pajak dan dividen kurang lebih Rp2,2 triliun, Rp1,4 triliun dalam bentuk pajak, dan Rp806 miliar dalam bentuk dividen.
Sementara itu, total penyaluran pinjaman mencapai Rp13,1 triliun, dengan rincian pinjaman komersial Rp9,37 triliun dan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) Rp3,8 triliun.
Kemudian, pendanaan yang dilakukan melalui penerbitan surat utang dan menerima term loan tercatat sebesar Rp10,18 triliun.
Dari sisi kinerja keuangan hingga September 2024, total aset SMF tercatat sebesar Rp50,2 triliun dengan liabilitas Rp31 triliun, di mana 85 persen berupa surat utang dan obligasi. Ekuitas perusahaan mencapai Rp18,5 triliun.
Sementara pendapatan tercatat sebesar Rp2,1 triliun. Setelah dikurangi beban pajak sebesar Rp1,7 triliun, laba bersih perseroan mencapai Rp418 miliar.
"Prognosis kami untuk 2024 adalah Rp475 miliar untuk net profit, Insyaallah bisa kami capai," kata dia.
Beberapa indikator kinerja lainnya juga menunjukkan hasil yang positif, seperti multiplier effect 8,38 kali, Debt to Equity Ratio (DER) 2,2 kali, rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) di luar surat utang 6,25 persen, dan rasio kredit macet (non-performing loan/NPL) gross 0,003 persen.
4. PT Indonesia Infrastructure Finance atau IIF
IIF berhasil mencatatkan laba bersih Rp67,1 miliar atau tumbuh 75,6 persen year-on-year (yoy) pada semester I-2024 dari sebelumnya Rp38,2 miliar.
Adapun pencapaian laba ini ditopang oleh pendapatan bunga bersih IIF pada semester I-2024 yang meningkat 7,5 persen menjadi Rp192,8 miliar dibandingkN periode sebelumnya sebesar Rp179,4 miliar.
Sementara itu, aset investasi Perseroan tercatat sebesar Rp13,1 triliun. Aset ini terbesar di sektor energi terbarukan yang porsinya mencapai 24 persen.
Kemudian, sektor telekomunikasi & informasi yang porsinya mencapai 22 persen, dan sektor jalan tol 13 persen.
Sampai dengan 30 Juni 2024, IIF telah membukukan komitmen baru senilai Rp1,6 triliun, yang terdiversifikasi ke beberapa sektor seperti infrastruktur air, gas, jalan tol, dan infrastruktur kawasan.
5. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank
LPEI mencatatkan laba periode berjalan senilai Rp89,3 miliar per Juni 2024. Angka tersebut tumbuh sekitar 57,92 persen secara tahunan.
Mengutip laporan keuangannya per 30 Juni 2024, raihan laba tersebut didukung oleh pendapatan bunga bersih yang tercatat masih tumbuh. Di mana, pada periode tersebut, pendapatan bunga dan usaha syariah LPEI tercatat senilai Rp391,92 miliar atau naik 0,44 persen.
Di sisi lain, pendapatan non bunga dari LPEI justru mengalami koreksi menjadi Rp85,29 miliar. Pada periode sama tahun lalu, pendapatan non bunga yang dicatat oleh LPEI mampu mencapai sebesar Rp134,3 miliar.
LPEI mampu melakukan efisiensi terhadap beban operasional sehingga tercatat ada penurunan. Beban operasional LPEI di periode Juni 2024 tercatat senilai Rp374,04 miliar dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp393,9 miliar.
Salah satu hal yang menyebabkan beban operasional mengalami penurunan adalah pos pembentukan CKPN. Sebab, CKPN yang dibentuk LPEI pada periode ini turun 75,35 persen yoy menjadi hanya sekitar Rp19,72 miliar.
Tak hanya itu, beban gaji dan tunjangan dari LPEI juga tercatat mengalami penurunan di periode ini. Di mana, beban gaji dan tunjangan LPEI senilai Rp240,18 miliar dari tahun sebelumnya senilai Rp246,46 miliar.
Sementara itu, total pembiayaan dan piutang yang dimiliki LPEI per 30 Juni 2024 tercatat senilai Rp41 triliun. Sebagai perbandingan, total pembiayaan dan piutang LPEI per 31 Desember 2023 senilai Rp41,18 triliun.
6. PT Geo Dipa Energi (Persero)
Geo Dipa yang mencatatkan kinerja signifikan di tahun ini. Direktur Utama GeoDipa Yudistian Yunis menyampaikan bahwa sepanjang tahun 2024, kinerja perseroan berada dalam performa baik dengan menghasilkan 845 GWh atau 100 persen dari target RKAP 2024 yang merupakan produksi dari Unit Dieng dan Patuha.
Sementara itu, laba bersih yang diperoleh perseroan mencapai Rp235 miliar atau 127 persen dari RKAP 2024 dengan pendapatan mencapai Rp1,14 triliun.
Geo Dipa juga telah menyusun Rencana Kerja Anggaran Perusahaan Tahun 2025 dengan mengusung tema Shifting the Curve: Maturing The Implementation of Green Financing, Digitalization, and ERM.
"Tahun 2025 Perseroan akan mengusung strategi kunci yakni ESG Framework & Green Financing, improvement proses bisnis pengadaan, enterprise architecture and data integration, change management framework, kemitraan pengembangan dan operasional anak usaha, serta Internalisasi budaya (LIGHT)," ujar Yudistian.
Adapun Geo Dipa telah memberikan sokongan ke penerimaan sebesar Rp200 miliar setiap tahunnya. Namun, peran Geo Dipa ke penerimaan negara bervariasi setiap tahunnya tergantung dari kinerja perusahaan.
Pada 2024, Geo Dipa terus berupaya untuk meningkatkan kinerja pengelolaan panas bumi pada PLTP yang dikelolanya. Berbagai wujud upaya GeoDipa meliputi implementasi teknologi GEOREC terbaru, ekspansi proyek, dan pemeliharaan preventif berbasis kondisi untuk memastikan peralatan pada PLTP tetap dalam kondisi optimal dan beroperasi dengan efisiensi tinggi.
(NIA DEVIYANA)
Komentar
Posting Komentar