NATO Mendadak Beri Sinyal Perang Rusia dan Ukraina Berakhir - Sindonews

 Internasional, Rusia Ukraina 

NATO Mendadak Beri Sinyal Perang Rusia dan Ukraina Berakhir

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
06 December 2024 21:50
Suasanapasca serangan pesawat nirawak Rusia di kota Ternopil, Ukraina barat, Senin (2/12/2024). (Ternopil region/Handout via REUTERS)
Foto: Suasanapasca serangan pesawat nirawak Rusia di kota Ternopil, Ukraina barat, Senin (2/12/2024). (Ternopil region/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara-negara yang tergabung dalam aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mendiskusikan kemungkinan langkah gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, Rabu (4/12/2024). Hal ini terjadi saat kelompok itu masih terus memberikan dukungan pada Kyiv tatkala pasukan Moskow masih terus menyerang.

Dalam laporan Bloomberg yang dikutip Russia Today (RT), aliansi yang dipatroni secara de facto oleh Amerika Serikat (AS) itu dilaporkan mulai bergeser dari upaya untuk mendorong kemenangan militer melawan Rusia ke upaya untuk membantu Kyiv mencapai posisi terbaik guna menegosiasikan gencatan senjata.

"Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menunjukkan keinginan untuk membahas gencatan senjata, dan dengan Presiden terpilih AS Donald Trump yang akan menjabat kurang dari dua bulan lagi, sekutu NATO Kyiv berusaha untuk menguatkan diri saat moral mulai memudar," tulis Bloomberg.

Seorang sumber anonim mengatakan bahwa rencana apapun masih bersifat pribadi dan belum lengkap. Mereka juga dilaporkan mulai mencari cara-cara berbeda untuk mengakhiri konflik, termasuk membahas jaminan keamanan mana yang dapat melindungi Ukraina tanpa membuat Putin marah.

Pilihan Redaksi

"Diskusi-diskusi tersebut muncul di tengah pengakuan bahwa situasi di Ukraina tidak berkelanjutan dan negosiasi harus segera dimulai," tambah laporan itu.

"Salah satu ide yang dilontarkan adalah menciptakan zona demiliterisasi, dengan pasukan Eropa bertanggung jawab atas keamanannya."

Pernyataan ini sendiri timbul saat Rusia masih terus bergerak maju di medan perang di Donbass dengan kecepatan yang belum pernah terlihat sejak tahun 2022. Moskow juga masih terus merebut kembali wilayah dari pasukan Ukraina yang bercokol di Wilayah Kursk Rusia.

Sementara itu, pernyataan serupa juga pernah disampaikan Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock. Baerbock menyatakan bahwa Berlin terbuka terhadap gagasan untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina, jika ada prospek gencatan senjata yang nyata.

"Pihak Jerman akan mendukung segala hal yang mendukung perdamaian di masa mendatang," katanya.

Jerman sendiri merupakan anggota NATO kedua terbesar dari segi pembelanjaan militer, yang mencapai US$ 97,7 miliar atau setara Rp 1.549 triliun pada 2024. Negeri Rhein ini juga merupakan salah satu penyokong Kyiv paling kuat dalam perang melawan Rusia di wilayah Donbass dan Krimea.

Pernyataan Baerbock pun kemudian memicu spekulasi luas tentang bagaimana tepatnya pengerahan semacam itu dapat terwujud. Hal ini pun membuat Kanselir Jerman Olaf Scholz bereaksi di depan Parlemen Jerman, dengan memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan apa pun dari pernyataan Baerbock.

"Dia ditanya apa yang mungkin terjadi dalam fase perdamaian, dan sebenarnya dia mencoba menjawabnya tanpa mengatakan ya atau tidak. Karena sangat tidak tepat untuk berspekulasi sekarang tentang apa yang akan terjadi nanti jika terjadi gencatan senjata yang dinegosiasikan," kata Scholz kepada parlemen.

Scholz kemudian mengesampingkan kemungkinan pengiriman pasukan ke Ukraina sebelum gencatan senjata abadi antara Moskow dan Kyiv ditetapkan.

"Kami sepakat dengan menteri pertahanan dan menteri luar negeri bahwa kami harus melakukan segalanya untuk memastikan bahwa perang ini tidak menjadi perang antara Rusia dan NATO. Dan itulah mengapa mengirim pasukan darat tidak mungkin bagi saya dalam situasi perang ini," jelasnya.


(fab/fab)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita