Rasa Nusantara di Tanah Suci, Ada Cerita di Balik Konsumsi Jemaah Haji Halaman all - Kompas

KOMPAS.com – Pelayanan konsumsi menjadi salah satu kunci utama dalam menjamin kekhusyukan dan ketenangan ibadah para jemaah calon haji Indonesia.
Di tengah padatnya aktivitas ibadah di Tanah Suci, ketersediaan makanan yang sehat, bernutrisi, dan bercita rasa Nusantara menjadi penopang kenyamanan spiritual jemaah.
Koordinator Layanan Konsumsi Sektor I Madinah, Djubaidah, menyebut pihaknya menerapkan prosedur ketat untuk menjamin kualitas makanan yang didistribusikan kepada para jemaah.
Setiap hidangan yang dikirim oleh penyedia katering langsung diuji sebelum diterima.
Simak! Ini Harga dan Jadwal Penjualan Tiket Timnas Indonesia Vs China
Baca juga: Ini Jadwal Lengkap Keberangkatan Jemaah Haji Aceh
“Saat penyedia katering mengantarkan konsumsi untuk jamaah, kami langsung minta satu sampel untuk diuji coba. Kami akan terima jika makanan itu kita nilai sesuai standar,” ujar Djubaidah saat ditemui di Hotel InterContinental Daar al Hijra, Madinah, Selasa (14/5/2025).
Selain itu, makanan harus tiba di lokasi minimal 30 menit sebelum jadwal distribusi. Djubaidah juga memastikan komunikasi intensif terus terjalin dengan para penyedia jasa boga selama musim haji berlangsung.
25,8 Juta Boks Makanan untuk Jamaah Indonesia
Pelayanan konsumsi selama ibadah haji tahun ini melibatkan 55 perusahaan katering Arab Saudi, yang tersebar di dua kota utama: Madinah dan Mekkah.
Perusahaan tersebut ditugaskan untuk menyediakan layanan makan penuh—tiga kali sehari—kepada seluruh jemaah Indonesia.
Selama berada di Arab Saudi, setiap jamaah akan menerima total 127 kali makan. Dengan total peserta haji Indonesia sebanyak 221.000 orang, kebutuhan makanan yang harus dipenuhi mencapai sekitar 25,8 juta boks.
Di Madinah sendiri, para jemaah mendapatkan tiga kali makan per hari selama sembilan hari, yakni total 27 kali. Layanan konsumsi ini telah berlangsung sejak 2 Mei, dimulai dari menu selamat datang, lalu dilanjutkan dengan sarapan, makan siang, dan makan malam.
Baca juga: Kisah Diyem, Penjual Jamu Keliling Mojokerto untuk Naik Haji, Nabung Lebih 10 Tahun
Adapun jadwal distribusi makanan dilakukan secara ketat, yakni:
- Pagi: Pukul 05.00–08.00 waktu Madinah
- Siang: Pukul 12.00–14.00
- Malam: Pukul 17.00–19.00
“Sejauh ini, di sektor kami, jemaah tidak ada yang mengeluh. Semuanya berjalan lancar,” ujar Djubaidah.
Distribusi makanan juga melibatkan ketua rombongan dan ketua regu, untuk memastikan setiap jemaah menerima makanan sesuai jatah. Di setiap boks makanan telah tercantum batas waktu konsumsi.
“Lebih Enak dari Makanan Sehari-hari”
Ketua rombongan kloter 24 Embarkasi Solo (SOC 24), Wachudi Sukardi, mengapresiasi rasa makanan yang disajikan selama berada di Madinah. Menurutnya, menu makanan justru terasa lebih lezat dibanding masakan sehari-hari.
“Menunya cocok, malah lebih enak dari yang biasa saya makan sehari-hari. Terima kasih panitia,” kata Wachudi, seorang pedagang sekaligus perangkat Desa Dlisen, Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang.
Wachudi menyampaikan dirinya dan rombongan merasa betah di Madinah karena makanan yang disediakan sangat sesuai dengan selera mereka.
Baca juga: Bea Cukai Bakal Bebaskan Bea Masuk Barang Bawaan Jemaah Haji
Hal serupa juga diungkapkan oleh beberapa jemaah lain yang ditemui saat menyantap makan siang di hotel berbintang lima.
Di hotel tempat jamaah SOC 24 menginap, konsumsi biasa dinikmati bersama di lorong hotel.
Menurut Djubaidah, kebiasaan ini sudah menjadi bagian dari budaya jamaah Indonesia saat menjalani ibadah di Tanah Suci.
475 Ton Bumbu Nusantara Dikirim ke Arab Saudi
Salah satu faktor penting yang membuat makanan terasa akrab bagi lidah orang Indonesia adalah penggunaan bumbu dan bahan asli dari Tanah Air.
Tahun ini, pemerintah Indonesia mengirimkan 475 ton bumbu Nusantara ke Arab Saudi, meningkat signifikan dibanding tahun lalu yang hanya 70 ton.
Sebanyak tujuh produsen bumbu terbaik dari Indonesia dipilih untuk memproduksi 22 jenis bumbu khas, seperti bumbu rendang, balado, nasi goreng, hingga tumisan.
Proses seleksi dilakukan sejak November 2024 guna memastikan kualitas rasa tetap autentik meski harus menempuh perjalanan jauh lintas benua.
Baca juga: Bea Cukai Bakal Bebaskan Bea Masuk Barang Bawaan Jemaah Haji
Langkah ini merupakan bagian dari penguatan ekosistem ekonomi haji, yang turut melibatkan pelaku usaha dalam negeri untuk mendukung kebutuhan jemaah di luar negeri.
“Pemerintah ingin menjamin setiap suapan makanan yang masuk dalam perut jamaah memiliki rasa autentik khas Indonesia,” kata Djubaidah.
Makanan seperti rendang, semur, dan nasi goreng bukan sekadar pengisi perut, tetapi juga penghubung emosional yang membawa ingatan akan kampung halaman.
Di tengah padatnya aktivitas ibadah dan suhu panas gurun, sajian bercita rasa Nusantara memberikan kenyamanan tersendiri bagi para jemaah.
Makanan Siap Saji untuk Puncak Haji di Armuzna
Inovasi pelayanan konsumsi terus dikembangkan, termasuk untuk menghadapi tantangan logistik saat puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Tahun ini, melalui anak usaha Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) di Arab Saudi, yaitu BPKH Limited, pemerintah sukses menyediakan makanan siap saji khas Indonesia di lokasi paling krusial ibadah.
Ini merupakan tonggak sejarah karena untuk pertama kalinya makanan siap saji berhasil menjangkau jamaah di Armuzna, meski akses jalan terbatas dan mobilitas logistik sangat sulit akibat penutupan jalan serta kemacetan parah.
Hidangan khas Indonesia seperti rendang dan nasi goreng disiapkan untuk memastikan jemaah tetap memperoleh asupan gizi memadai selama menjalani fase terberat dalam ibadah haji.
Baca juga: Satu Data Kesehatan, Cara Pemerintah Pantau Kondisi Jemaah Haji Real Time
Pelayanan Konsumsi sebagai Bagian dari Ibadah
Lebih dari sekadar logistik, pelayanan konsumsi jemaah haji menjadi bagian tak terpisahkan dari pelayanan ibadah itu sendiri.
Di setiap kotak nasi yang dibuka, ada cita rasa kampung halaman, ada ketenangan batin, dan ada semangat untuk menyelesaikan ibadah dengan sepenuh hati.
Cita rasa Nusantara yang hadir di Tanah Suci menjadi bukti bahwa kehadiran negara bukan hanya dalam urusan administratif, tetapi juga dalam memberikan pengalaman spiritual yang utuh dan berkesan bagi setiap jemaah Indonesia.
SUMBER: Antaranews
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar