Dunia Internasional,
Walau Indonesia Dirumorkan Mulai Ragukan Kemampuan Rafale Negara Ini Justru Makin Kencang Datangkan Rafale Hingga Bicarakan Kesepakatan Krusial Ini - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.com - Pada tanggal 7 Mei 2025, pesawat J-10C buatan China disebut berhasil menumbangkan jet tempur India.
Menurut keterangan, The Asia Live, pada 21 Mei 2025, dalam artikel berjudul "Perjudian Stratgis, Indonesia atas Jet Tempur Rafale Diteliti dalam Laporan yang Didukung Beijing yang Menghubungkan Kesepakatan dengan Konflik Indo-Pakistan."
Mengungkapkan bahwa, Pakistan mengklaim pasukannya menembak jatuh enam pesawat India selama konflik empat hari, termasuk tiga jet Rafale buatan Prancis.
Jika akurat, ini akan menandai kemenangan yang signifikan dan simbolis bagi kompleks industri militer Beijing.
Hal ini membuat senjata buatan Tiongkok kini menjadi sorotan internasional.
Di sisi lain, situasi ini juga memunculkan rumor bahwa Indonesia mulai mengkaji ulang keandalan jet tempur buatan Prancis tersebut.
kesepakatan senilai 8,1 miliar dollar AS untuk 42 jet Rafale tiba-tiba kembali mendapat sorotan.
Setelah muncul laporan tentang klaim Pakistan yang menjatuhkan jet tempur Rafale, suara-suara di Jakarta mulai mempertanyakan apakah investasi tersebut dapat dibenarkan.
Baca Juga:
Dave Laksono, anggota Komisi I DPR yang membidangi pertahanan, menghimbau agar berhati-hati.
"Klaim yang belum diverifikasi di zona konflik tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya dasar untuk menilai efektivitas atau kegagalan sistem persenjataan tertentu," katanya.
Laksono menambahkan bahwa bahkan pesawat tempur Amerika kelas atas pun pernah ditembak jatuh dalam kondisi taktis tertentu.
"Oleh karena itu, kinerja Rafale tidak dapat diukur hanya dari satu insiden yang bahkan belum sepenuhnya dikonfirmasi," katanya.
Meski demikian, beberapa negara masih melanjutkan negosiasi pembelian Rafale, seperti misalnya Mesir.

Menurut keterangan, Bulgarian Military, pada 24 Mei 2025, dalam artikel berjudul "Laporan mengklaim Mesir-Prancis berunding tentang Rafale dan transfer teknologi."
Mesir dilaporkan terlibat dalam pembicaraan tingkat tinggi dengan Prancis untuk memperoleh sejumlah jet tempur Dassault Rafale baru.
Hal ini dianggap sebuah langkah yang dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan angkatan udaranya, menurut laporan terbaru oleh situs web intelijen pertahanan Tactical Report.
Baca Juga:
Negosiasi tersebut, yang masih belum dikonfirmasi oleh sumber resmi di Kairo atau Paris, juga mencakup diskusi untuk perjanjian transfer teknologi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang akan memungkinkan Mesir untuk memproduksi komponen pesawat tertentu secara lokal.
Kesepakatan potensial ini muncul di tengah rumor daring yang beredar bahwa Mesir juga mempertimbangkan jet tempur Chengdu J-10C buatan China.
Serta menimbulkan pertanyaan tentang prioritas strategis Kairo dan tindakan penyeimbangannya yang rumit antara pemasok militer Barat dan Timur.
Meskipun belum ada kesepakatan yang disepakati, perkembangan tersebut menandakan niat Mesir untuk memodernisasi armada udaranya yang sudah tua dan meningkatkan otonomi strategisnya di kawasan yang bergejolak.
Angkatan udara Mesir, salah satu yang terbesar di Timur Tengah, sudah mengoperasikan 54 jet Rafale, yang diperoleh melalui dua kesepakatan.
Yaitu, 24 pada tahun 2015 dan 30 pada tahun 2021. Pesawat ini, yang ditempatkan di Pangkalan Udara Gebel el-Basur dan dioperasikan oleh Wing Tempur Taktis ke-203, telah menjadi bagian penting dari strategi pertahanan Mesir.
Pada bulan Mei 2017, Rafale mengawal paket serangan yang menargetkan posisi ISIS di Libya, yang menunjukkan efektivitas operasional mereka.
Hingga Maret 2023, Angkatan Udara Mesir telah mencatat lebih dari 10.000 jam terbang dengan Rafale, menjadikan Mesir pelanggan ekspor pertama yang mencapai tonggak sejarah ini, sebagaimana dilaporkan oleh Army Recognition.
***


ZONAJAKARTA.com - Pada tanggal 7 Mei 2025, pesawat J-10C buatan China disebut berhasil menumbangkan jet tempur India.
Menurut keterangan, The Asia Live, pada 21 Mei 2025, dalam artikel berjudul "Perjudian Stratgis, Indonesia atas Jet Tempur Rafale Diteliti dalam Laporan yang Didukung Beijing yang Menghubungkan Kesepakatan dengan Konflik Indo-Pakistan."
Mengungkapkan bahwa, Pakistan mengklaim pasukannya menembak jatuh enam pesawat India selama konflik empat hari, termasuk tiga jet Rafale buatan Prancis.
Jika akurat, ini akan menandai kemenangan yang signifikan dan simbolis bagi kompleks industri militer Beijing.
Hal ini membuat senjata buatan Tiongkok kini menjadi sorotan internasional.
Di sisi lain, situasi ini juga memunculkan rumor bahwa Indonesia mulai mengkaji ulang keandalan jet tempur buatan Prancis tersebut.
kesepakatan senilai 8,1 miliar dollar AS untuk 42 jet Rafale tiba-tiba kembali mendapat sorotan.
Setelah muncul laporan tentang klaim Pakistan yang menjatuhkan jet tempur Rafale, suara-suara di Jakarta mulai mempertanyakan apakah investasi tersebut dapat dibenarkan.
Baca Juga:
Dave Laksono, anggota Komisi I DPR yang membidangi pertahanan, menghimbau agar berhati-hati.
"Klaim yang belum diverifikasi di zona konflik tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya dasar untuk menilai efektivitas atau kegagalan sistem persenjataan tertentu," katanya.
Laksono menambahkan bahwa bahkan pesawat tempur Amerika kelas atas pun pernah ditembak jatuh dalam kondisi taktis tertentu.
"Oleh karena itu, kinerja Rafale tidak dapat diukur hanya dari satu insiden yang bahkan belum sepenuhnya dikonfirmasi," katanya.
Meski demikian, beberapa negara masih melanjutkan negosiasi pembelian Rafale, seperti misalnya Mesir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar