Dunia Internasional,
Siaga Tinggi, CEO Shell Wanti-wanti Dampak Pemblokiran Selat Hormuz | Halaman Lengkap


Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Sabtu, 21 Juni 2025 - 18:32 WIB
Shell Plc, salah satu perusahaan minyak dan gas alam terbesar, memiliki rencana kontinjensi jika konflik antara Israel dan Iran mengganggu aliran migas dari wilayah tersebut. Foto/Dok
-
ShellPlc, salah satu perusahaan minyak dan gas alam terbesar, memiliki rencana kontinjensi jika konflik antara
Israel dan Iranmengganggu aliran migas dari wilayah tersebut. Shell juga memperingatkan, bahwa potensi pemblokiran
Selat Hormuzdapat memberikan guncangan yang substansial.
“Jika arteri (jalur penting perdagangan minyak) itu terblokir, apa pun alasannya. Hal itu memiliki dampak besar pada perdagangan global,” kata Chief Executive Officer, Wael Sawan di Japan Energy Summit & Exhibition di Tokyo.
“Kami memiliki rencana jika keadaan memburuk," sambungnya.
Baca Juga: Selat Hormuz Terancam Ditutup, Harga Minyak Bakal Sentuh USD300 per Barel
Pasar energi global telah terpaku pada konflik antara Israel dan Iran, termasuk kemungkinan AS (Amerika Serikat) dapat terlibat dalam perang tersebut. Sejauh ini, meskipun harga minyak mentah melonjak akibat perang Iran-Israel, namun belum ada gangguan besar yang terjadi pada aliran energi, meskipun para pedagang dalam keadaan siaga tinggi.
Sebagai informasi sekitar seperempat perdagangan minyak dunia melewati Selat Hormuz, yang menghubungkan Teluk Persia dengan Samudra Hindia. Di masa lalu, Iran telah menargetkan kapal-kapal yang melintasi titik penyempitan ini, dan mengancam bakal memblokir jalur perairan.
Dalam beberapa hari terakhir, ada gangguan sinyal dari kapal yang bisa jadi pertanda. "Apa yang saat ini sangat menantang adalah beberapa kesulitan komunikasi yang sedang terjadi," kata Sawan.
Apa yang disampaikan merujuk pada gangguan dalam sinyal navigasi di dalam dan sekitar Teluk Persia. Shell "sangat berhati-hati" dengan pengiriman di Timur Tengah karena konflik, katanya.
Pejabat senior AS sedang mempersiapkan kemungkinan serangan ke Iran dalam beberapa hari mendatang, menurut beberapa sumber yang mengetahui masalah tersebut. Sebuah sinyal yakni Washington sedang mengumpulkan infrastruktur untuk secara langsung terlibat dalam konflik dengan Teheran. Namun situasinya masih berkembang dan bisa berubah, kata mereka.
"Risiko gangguan pasokan energi yang serius akan meningkat jika pimpinan Iran percaya bahwa mereka menghadapi ancaman bertahan hidup yang eksistensial," kata analis RBC Capital Markets LLC, termasuk Helima Croft, dalam sebuah catatan.
"Masuknya AS secara langsung ke dalam konflik ini bisa menjadi katalis bagi tindakan disruptif yang lebih langsung terhadap kapal tanker dan infrastruktur kritis di wilayah tersebut," paparnya.
Baca Juga: Iran Beradaptasi Menjaga Ekspor Minyak selama Konflik dengan Israel
Patokan minyak global Brent naik sebanyak 1,3% menjadi USD77,66 per barel pada hari Kamis. Mendekati puncak intraday sebesar USD78,50 yang terlihat pada 13 Juni -harga tertinggi sejak Januari- ketika Israel mulai menyerang Iran.
Sementara itu dalam beberapa hari terakhir, Qatar meminta kapal tanker untuk menunggu di luar selat sampai mereka siap untuk memuat. Sedangkan pengirim Jepang Nippon Yusen KK menginstruksikan kapalnya untuk menjaga jarak yang aman dari pantai saat berlayar di perairan Iran.
(akr)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

NASA Minta Penduduk Bumi Siaga 1, Kondisi Alam Semesta Tak Stabil
0 Komentar