DPR Minta Pemerintah Antisipasi Dampak Cuaca Ekstrem dan Karhutla
Jakarta, Beritasatu.com - Wakil Ketua Komisi V DPR, Andi Iwan Darmawan Aras mengatakan, pihaknya meminta pemerintah menyiapkan berbagai langkah antisipasi dampak cuaca ekstrem yang tengah melanda Indonesia.
Selain itu, kata Iwan, pemerintah perlu cepat menyelesaikan persoalan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang marak terjadi di musim kemarau.
“Kita ketahui cuaca panas sedang melanda sebagian besar wilayah Indonesia akhir-akhir ini. Pemerintah harus bisa mengantisipasi lewat berbagai kebijakan dan program agar cuaca ekstrem seperti ini tidak merugikan masyarakat,” ujar Andi Iwan Darmawan Aras di Jakarta, Kamis (27/4/2023).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatatkan suhu panas ekstrem yang mencapai 37,5 derajat Celcius melanda Indonesia. Kemudian 10 stasiun meteorologi di Indonesia mencatat suhu maksimum udara permukaan di atas 35 derajat Celsius sejak 15 April 2023.
Iwan mengimbau masyarakat tetap waspada dan menjaga kesehatan karena cuaca panas ekstrem dapat mempengaruhi imun tubuh. Pasalnya, selama gelombang panas (heatwave) berlangsung, tidak jarang banyak yang mengeluh stres hingga jatuh sakit.
“Waspada selalu terhadap dampak cuaca ekstrem ini, khususnya saat beraktivitas di luar rumah. Selain menghindari sengatan langsung sinar UV, makan makanan sehat dan bila perlu konsumsi vitamin,” tanda Iwan.
Iwan mengakui bahwa cuaca ekstrem di Indonesia memang tidak seperti gelombang panas di India yang menyebabkan puluhan orang tewas. Meski begitu, DPR tetap mengingatkan agar semua pihak selalu waspada dan bersiap terhadap skenario terburuk.
“Kerja sama semua stakeholder sangat diperlukan. Apabila cuaca ekstrem menyebabkan kekeringan, Pemerintah harus bekerja cepat mengatasinya, termasuk dengan melakukan modifikasi cuaca,” tutur Iwan.
Menurut BMKG, salah satu faktor penyebab cuaca panas ekstrem adalah dinamika atmosfer yang tidak biasa. Suhu panas pada bulan April di wilayah Asia Selatan secara klimatologis juga dipengaruhi oleh gerak semu Matahari.
Selain itu, penyebab lainnya adalah dominasi monsun Australia, memasuki musim kemarau, dan intensitas maksimum radiasi matahari pada kondisi cuaca cerah dan kurangnya tutupan awan. Cuaca ekstrem juga disebabkan akibat perubahan iklim yang sebagian besar disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil.
Iwan pun mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengatasi dampak perubahan iklim.
“Mari kita mulai membiasakan hidup dengan lebih sehat. Slogan go green bukan sekadar kata-kata semata, karena bisa berdampak terhadap masa depan kita dan masa depan anak cucu kita di bumi,” ucap dia.
Lebih lanjut, Iwan meminta pemerintah untuk bersiap dalam kondisi yang paling ekstrem sekalipun. Menurut dia, semua kementerian dan diingatkan untuk mulai melakukan perhitungan soal dampak kekeringan yang bisa terjadi di Indonesia akibat cuaca panas ekstrem.
“Kekeringan juga bisa berdampak terhadap perekonomian masyarakat. Baik menurunnya produksi pertanian hingga pertambangan dan lainnya. Ini yang harus kita antisipasi secara bersama-sama,” tanda Legislator dari Dapil Sulawesi Selatan II itu.
Iwan juga menyoroti fenomena karhutla yang sudah mulai banyak muncul di sejumlah daerah. Iwan mengatakan, Pemda bersama TNI/Polri harus selalu siaga mengingat kemungkinan kasus karhutla diprediksi meningkat tahun ini.
“Persiapkan SDM dan peralatan dengan maksimal sehingga saat terjadi kebakaran semua langsung bisa bergerak memadamkan api di titik-titik hotspot,” tegas dia.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Komentar
Posting Komentar