Kasus Bullying Marak Akibat Kemudahan Akses Informasi
Jakarta, Beritasatu.com - Dosen Ilmu Sosiologi Perkotaan di UIN Jakarta DR Tantan Hermansah mengungkapkan, salah satu faktor penyebab maraknya kasus bullying atau perundungan di kalangan anak-anak sekolah karena kemudahan akses informasi, terutama dipengaruhi oleh kebebasan anak dalam menggunakan gadget atau perangkat digital.
"Anak-anak saat ini cenderung memiliki akses yang lebih mudah terhadap beragam informasi melalui perangkat digital yang mereka miliki," ungkap DR Tantan kepada Beritasatu.com
DR Tantan juga menyebut istilah "Sultan Bebas" untuk merujuk kepada individu yang memiliki kebebasan melakukan apa pun yang mereka inginkan, seperti berbelanja barang mewah, memilih sekolah yang mahal, atau bahkan melakukan tindakan yang bertentangan dengan hukum, tetapi sering kali mendapat pengampunan. Perilaku seperti itu kemudian dicontoh oleh anak-anak.
"Saya setuju bahwa anak-anak yang melakukan tindakan melawan hukum harus mendapatkan bimbingan, bukan hukuman kriminal, tetapi pendampingan agar mereka memahami kesalahan mereka dan tidak mengalami trauma akibat tindakan mereka yang sebenarnya hanya meniru apa yang mereka lihat pada orang dewasa," tambah DR Tantan.
DR Tantan juga menekankan bahwa tanggung jawab untuk mencegah anak-anak menjadi pelaku bullying tidak hanya terletak pada sekolah, tetapi juga di rumah. Pertama, perlu diperhatikan bagaimana sistem pembelajaran di sekolah memperlakukan anak-anak.
"Apakah pendekatan pendidikan lebih fokus pada prestasi akademik dan mengabaikan aspek lain dari perkembangan anak-anak? Jika ternyata hasil audit menunjukkan bahwa pendekatan ini terlalu dominan, maka perlu ada perubahan," ucapnya.
Kedua, jika kemampuan otak kanan dan kiri maupun hati dan akal anak sudah seimbang, perhatian juga harus diberikan pada bagaimana perilaku mereka di rumah.
"Ada kemungkinan bahwa masalah juga terjadi di rumah yang memengaruhi perilaku anak-anak," ungkapnya.
Kendati demikian, DR Tantan mengatakan tidak sedikit orang tua yang terlalu memanjakan anaknya di sekolah, yang justru merugikan pihak sekolah. Misalnya, bereaksi sangat keras ketika anaknya ditegur guru di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar