Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bisa Beroperasi hingga 80 Tahun dengan Minim Emisi Karbon - IDX Channel
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bisa Beroperasi hingga 80 Tahun dengan Minim Emisi Karbon - Bagian all
Bapeten mengatakan PLTN bisa beroperasi hingga 80 tahun dengan minim emisi karbondioksida (CO2) dan gas rumah kaca.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bisa Beroperasi hingga 80 Tahun dengan Minim Emisi Karbon. (Foto: MNC Media)
IDXChannel – Pemerintah tengah mengkaji pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Pembangkit tersebut pun disebut-sebut bisa beroperasi cukup panjang.
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) mengatakan PLTN bisa beroperasi hingga 80 tahun dengan minim emisi karbondioksida (CO2) dan gas rumah kaca.
Hal ini diutarakan Pengawas Radiasi Ahli Madya Bapeten Nur Syamsi Syam, sekaligus merespons rencana pembangunan proyek PLTN yang tengah digodok pemerintah saat ini.
“Tadi disampaikan (PLTN) bisa beroperasi cukup panjang bahkan sebenarnya sampai 80 tahun saat untuk satu PLTN,” ujar Nur Syamsi Syam dalam Market Review IDX Channel, Jumat (13/12/2024).
Dia memastikan nuklir merupakan salah satu energi dengan emisi gas rumah kaca dan CO2 yang sangat kecil, bahkan hampir tidak melepaskan emisi dalam operasionalnya.
Dengan begitu, pembangunan proyek PLTN sangat strategis. Selain memasok listrik dalam jumlah besar, juga ikut mempercepat implementasi net zero emission (NZE) atau emisi nol bersih di Indonesia ke depannya.
“Kami pikir PLTN ini salah satu alternatif yang andal, itu cukup andal,” tuturnya.
Rencananya, pemerintah melalui PT PLN (Persero) bakal menggandeng beberapa investor asing untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir dengan melakukan studi terhadap teknologi reaktor modular nuklir skala kecil atau nuclear small modular reactor.
Merespons hal itu, Nur Syamsi Syam menjelaskan bila small modular dipahami sebagai daya yang dibangkitkan mencapai 1.400 megawatt (MW) per satu unit PLTN.
“Sedangkan small ini adalah sampai dengan 300 MW elektrik, kemudian modularnya ini artinya bisa dikonstruksi atau dibangun di fasilitas yang membuat PLTN tersebut, di sana sudah siap tinggal diangkut di bawah ke lokasi di mana akan dioperasikan,” ujarnya.
“Kalau PLTN yang besar saat ini itu dikonstruksi di lokasi yang telah ditentukan, sedangkan modular ini di konstruksi misalnya di Amerika, jika nanti yang memproduksi PLTN yang ada di Amerika sudah dirakit di sana, kemudian dibawa ke Indonesia,” kata dia melanjutkan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya menyebut proses feasibility study (FS) terkait proyek Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir tengah dilakukan. Artinya, pembangunan bakal dilakukan setelah rampungnya studi kelayakan.
Dia menyebut ada lima negara yang menaruh minat untuk masuk dalam proyek PLTN di Indonesia, yaitu Prancis, Korea Selatan (Korsel), Jepang, Rusia, dan China.
Negara-negara ini sudah menyatakan ketertarikannya untuk masuk dalam proyek tersebut. Mereka menyampaikan langsung kepada Presiden Prabowo Subianto.
"Dalam pertemuan Bapak Presiden dengan Prancis, misalnya, di sela-sela G20 dan APEC, berbagai negara sudah ikut menawarkan, termasuk Prancis, kemudian juga Korea, Jepang, Rusia, China," ujar Airlangga.
(Febrina Ratna)
Komentar
Posting Komentar