Denmark akan merevitalisasi Bandara Kangerlussuaq di Greenland untuk penempatan jet tempur F-35A-nya - Airspace Review
Internasional
Denmark akan merevitalisasi Bandara Kangerlussuaq di Greenland untuk penempatan jet tempur F-35A-nya
AIRSPACE REVIEW – Denmark berencana untuk merevitalisasi Bandara Kangerlussuaq di Pulau Greenland agar dapat digunakan untuk penempatan armada jet tempur generasi kelima F-35A miliknya.
Angkatan Udara Kerajaan Denmark (RDAF) saat ini telah menerima 17 F-35A dari 27 yang dipesan. Sebanyak enam di antaranya masih dioperasikan di Luke Air Force Base di Arizona, Amerika Serikat untuk pelatihan pilot dan teknisi F-35 Denmark.
Tiga pesawat F-35A terbaru buatan Lockheed Martin diterima RDAF pada 12 Januari lalu.
Rencana peningkatan infrastruktur pertahanan di Greenland muncul setelah Presiden terpilih AS Donald Trump mengisyaratkan bahwa ia akan menegaskan kembali sebagian kendali AS atas pulau yang telah dikelola oleh Denmark sejak awal abad ke-19 tersebut.
Berlokasi strategis di ujung utara, Greenland menawarkan medan utama yang dapat digunakan untuk memantau wilayah udara kutub. Wilayah tersebut kemungkinan akan dilalui rudal balistik antarbenua atau pesawat militer negara lain untuk mencapai Amerika Utara.
Greenland juga berdekatan dengan rute laut Lintasan Barat Laut yang menghubungkan Samudra Atlantik dan Pasifik. Kedua samudra ini menjadi jalur yang layak untuk dilalui kapal karena pemanasan global mengurangi lapisan es laut Arktik.
Jika Bandara Kangerlussuaq disetujui untuk menampung F-35, hal ini akan menandai salah satu peningkatan paling signifikan pada infrastruktur keamanan Greenland dalam beberapa dekade.
Meskipun dulunya tangguh, operasi militer di Greenland telah menurun drastis sejak berakhirnya Perang Dingin, ketika pulau tersebut menjadi tempat bagi pembom strategis Convair B-36 Peacemaker, Boeing B-47 Stratojet, dan pembom strategis B-52 Stratofortress yang berkemampuan nuklir, serta jet pencegat Northrop F-89 Scorpion, juga jaringan radar peringatan dini berbasis darat.
Menurut catatan, Kangerlussuaq dibangun oleh Washington pada tahun 1941 untuk mendukung pengangkutan pesawat militer AS dari Amerika Serikat ke Inggris Raya selama Perang Dunia II.
Awalnya dioperasikan dengan sebutan Bluie West Eight, fasilitas tersebut kemudian berganti nama menjadi Sonderstrom AFB.
Pangkalan tersebut kemudian mengakhiri operasi militer pada tahun 1992, sebagai bagian dari penarikan pasukan pasca-Perang Dingin.
Washington secara resmi hanya mengelola satu lokasi militer di Greenland, yaitu Pangkalan Luar Angkasa Pituffik di pantai barat laut pulau tersebut.
Dikenal sebagai Pangkalan Udara Thule hingga tahun 2023, pangkalan ini terletak di 76° lintang utara, sekitar 750 mil (1.210 km) di atas Lingkaran Arktik, dan merupakan pos militer AS paling utara.
Pada tahun 2022, Pentagon mengumumkan paket senilai 4 miliar USD untuk meningkatkan infrastruktur dan mempertahankan operasi di Pituffik selama 12 tahun.
Didirikan pada tahun 1951, lokasi tersebut masih menjadi tempat sistem peringatan dini rudal balistik dan fasilitas pelacakan dan kontrol satelit serta pangkalan udara sepanjang tahun yang mampu mendukung pesawat tempur modern, pesawat angkut, dan tanker pengisian bahan bakar udara.
Pada tahun 2021, teknisi USAF memasang sistem kawat penahan pesawat di Pituffik, sehingga memungkinkan pangkalan tersebut untuk operasi pesawat tempur yang andal sepanjang tahun.
Pesawat tempur ringan sering kali tidak dapat mendarat di Pituffik selama bulan-bulan musim dingin karena angin kencang. (RNS)
Komentar
Posting Komentar