Dunia Internasional,
Kemampuan AS Permainkan Jet Tempur KAAN Hanya Sampai 2032, Turki Siapkan Skenario Rp 82 Triliun untuk Melawannya - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.COM - Ada kekhawatiran besar tentang adanya kelemahan vital pada pesawat generasi kelima KAAN yang berpotensi dipermainkan oleh Amerika Serikat (AS) hingga bisa tak berdaya.
Kekhawatiran itu menjadi pertanyaan besar yang sering ditujukan kepada Turki sebagai negara produsen KAAN.
Sebab, ada kemungkinan besar kelemahan itu dimanfaatkan oleh AS hingga KAAN tak berdaya.
Kelemahan tersebut adalah, KAAN yang diproduksi Turkish Aerospace Industries (TAI) itu masih tergantung pada mesin F110-GE-129 buatan General Electric, AS.
Kartu truf ini sangat mengancam KAAN, karena begitu AS melakukan embargo mesin F110, maka KAAN bakal lumpuh.
Padahal, dalam wawancara dengan jaringan penyiaran TRT, CEO TAI Mustafa Demiroglu telanjur berjanji untuk memproduksi masal mulai 2028 dan sekaligus bisa memenuhi kebutuhan Angkatan Udara Turki.
Ada banyak alasan AS untuk mencegat atau bahkan menjegal KAAN dengan cara melarang General Electric mensuplai mesin F110 kepada TAI.
Pertama, AS tak ingin KAAN menyaingi eksistensi F-35 buatan Lockheed Martin yang sama-sama generasi kelima yang kini sudah mendominasi angkatan udara beberapa negara Eropa.
Alasan kedua, Yunani sebagai negara tetangga Turki merasa khawatir bakal terancam mengingat kedua negara punya sejarah konflik yang panas.
Selain itu, Israel sebagai sekutu khusus AS juga khawatir jika Turki memiliki pesawat generasi kelima, karena akan menyaingi kemampuan Israel.
Sementara kedua negara juga terlibat hubungan panas dan sama-sama bersaing menancapkan pengaruhnya di Suriah.
Sebab itu, Israel dan Yunani sangat aktif melobi AS untuk mencegah penjualan mesin F110 kepada Turki, agar KAAN tidak bisa beroperasi.
AS sendiri sudah menunjukkan punya sikap keras dan tegas kepada Turki.
Ketika membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia pada 2019, Turki langsung didepak AS dari program F-35.

Akibatnya, upaya Turki memodernisasi angkatan udaranya dengan mengganti 100 F-16 yang sudah menua menjadi tersendat.
Itu pula sebabnya, Turki yang sejak 2016 mengembangkan pesawat sendiri bernama TF-X, akhirnya dikembangkan lagi menjadi platform pesawat generasi kelima bernama KAAN.
Perkembangan KAAN ternyata pesat dan mulai menarik minat, termasuk Indonesia yang tertarik tergabung dalam program pesawat generasi kelima itu.
Sementara Pakistan dan Azerbaijan sudah resmi bergabung dalam proyek ini.
Arab Saudi yang ditolak AS membeli F-35 juga tertarik memesan 100 unit KAAN.
Pemesanan 100 unit KAAN oleh Arab Saudi ini memperkuat upaya Israel dan AS untuk mempermainkan atau berusaha menjegal KAAN.
Israel dan AS memang memiliki kerja sama untuk menjaga keunggulan superioritas udara Israel.
Caranya, AS dan Israel akan menghalangi negara Timur Tengah dalam pengadaan pesawat tempur yang sekiranya akan menandingi superioritas udara Israel.
Perkembangan itu yang memperkuat alasan AS untuk siap mempermainkan KAAN dengan memanfaatkan kelemahan vitalnya, yakni ketergantungan KAAN pada mesin buatan perusahaan AS, General Electric.
Dalam tulisannya di kolom pertahanan di Daily Sabah Maret 2023, analis pertahanan Turki, Ibrahim Kartas, berpendapat AS sangat mungkin akan melarang penjualan mesin F-110 dijual kepada Turki.
"Washington kemungkinan tak akan memberi lampu hijau pada penjualan mesin General Electric kepasa Turki," katanya.
Namun, Turki ternyata sudah menyadari kemungkinan buruk yang bisa dimainkan AS tersebut terhadap KAAN.
Turki bahkan sudah menyiapkan skenario tersendiri untuk melawannya dan menyiapkan dana sebesar 3 sampai 5 miliar dolar AS (sekitar Rp 49 sampai Rp 82 triliun).
Dana itu disiapkan untuk pengembangan mesin asli dalam negeri untuk menggantikan F-110 buatan General Electric, yang diberi nama TF-10000 yang kini berkembang lagi menjadi TF-35000.


Dana sebesar itu menunjukkan keseriusan dan ambisi besar Turki untuk mampu mempropduksi mesin TF-35000.
Berbagai penelitian dan pengembangan serius terus dilakukan Turki untuk melahirkan TF-35000 agar menjadi mesin tangguh yang mampu menopang KAAN sebagai pesawat generasi kelima yang mampu mengalahkan F-35 dan F-22 Raptor milik AS, J-20 dan J-35 milik China, juga Su-57 milik Rusia.
TF-35000 diharapkan mampu memberikan daya dorong 35.000 pound, menyamai kemampuan mesin yang digunakan F-35 dan F-22 Raptor.
Turki memiliki perangkat teknologi yang sudah mumpuni untuk mengembangkan mesin pesawat sendiri.
Setelah membeli S-400 dari Rusia, Turki dengan cepat mempelajarinya dan kemudian mampu memngembangkan sendiri sistem pertahanan udara.
Turki kemudian memproduksi Siper-2 yang mampu menyerang target sejauh 150 kilometer.
Turki juga punya pengalaman pahit ketika memproduksi tank Altay, karena tergantung mesin buatan Jerman.
Ketika Jerman mengembargo dengan menghentikan pengiriman mesin tank Altay, Turki akhirnya mampu mengembangkan mesinnya sendiri.
Demikian juga dengan proyek pesawat generasi kelima KAAN.
Turki sudah memiliki pondasi mesin TF6000 yang digunakan untuk pesawat nirawak Kizilelma dan Anka-3.
Mesin inilah yang kemudian dikembangkan oleh Turki menjadi TF10000 untuk dipersiapkan sebagai mesin pendorong KAAN.
Didukung dana besar, pengembangan TF10000 mengalami kemajuan berarti, namun Turki masih terus mengembangkannya agar memiliki kemampuan yang bisa menyaingi mesin pesawat generasi kelima negara lainnya.
Pengembangan terbaru, menurut IDRW, 16 Maret 2025, mesin yang kemudian diberi nama TF5000 itu dirancang bakal menyaingi mesin yang digunakan jet tempur generasi kelima AS, F-35 dan F-22 Raptor.
Bahkan, mesin buatan Turki tersebut memiliki peluang lebih canggih lagi, karena masih dalam pengembangan dan penelitian.


Dengan dana yang disiapkan sampai Rp 82 triliun, Turki memiliki keleluasaan mengembangkan mesin tersebut lebih canggih lagi.
Turki menargetkan, mesin buatan sendiri TF35000 tersebut sudah bisa digunakan untuk pesawat KAAN pada 2032.
Sehingga, jika AS mencoba mempermainkan KAAN dengan mengembargo mesin F110 buatan General Electric, maka hanya bisa sampai 2032.
Sebab, setelah itu KAAN akan menggunakan mesin buatannya sendiri dan tak lagi tergantung kepada komponen asing.
Wajar jika banyak yang tertarik memesan KAAN dan tergabung dalam proyek ini, termasuk Indonesia. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar