Cerita WNI di Prancis saat Gelombang Panas: Kereta Kacau, Bikin Repot - CNN Indonesia - Opsiin

Informasi Pilihanku

demo-image
demo-image

Cerita WNI di Prancis saat Gelombang Panas: Kereta Kacau, Bikin Repot - CNN Indonesia

Share This
Responsive Ads Here

 

Cerita WNI di Prancis saat Gelombang Panas: Kereta Kacau, Bikin Repot

CNN Indonesia
Rabu, 20 Jul 2022 20:03 WIB
Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) di Prancis mengeluhkan gelombang panas yang memicu kekacauan jadwal transportasi umum, seperti kereta hingga bus. (AFP/Geoffroy van der Hasselt)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) di Prancis mengeluhkan gelombang panas yang memicu kekacauan jadwal transportasi umum, seperti kereta hingga bus.

Diah Jayengrana Bordes, seorang WNI yang menetap di Kota Paris, Prancis, bercerita bahwa gelombang panas memicu kekacauan jadwal kereta hingga membuat repot.

Ia mengatakan kepada CNNIndonesia.com bahwa jadwal kereta kacau karena sejumlah penyesuaian setelah beberapa rel berubah bentuk akibat panas yang terlalu tinggi.

"Jadwal subway [kereta bawah tanah] itu enggak terlalu banyak berubah jadwalnya karena itu di dalam kota saja. Tapi kalau seperti kereta api jarak jauh, antarkota, nah itu kacau," ujarnya.

"Itu repot sekali karena ada beberapa jalur juga ke beberapa kota yang ditutup sama sekali karena ini. Panas membuat rel kereta api kayak membengkok. Jadi betul-betul susah sekali. Terhambat karena deformasi rel kereta api."

Pilihan Redaksi

Diah sendiri sempat ke stasiun untuk mengantarkan anak dan cucunya yang akan menempuh perjalanan kereta dari Paris ke Le Mans.

"Itu hanya untuk perjalanan satu jam ya, panas dan banyak kereta terlambat. Kalau kereta jarak jauh itu bisa mengubah kecepatan," katanya.

Walaupun demikian, Diah sengaja memilih jadwal lebih malam agar cuaca tak terlalu panas sehingga potensi keterlambatan kereta juga berkurang.

"Kebetulan enggak. Kita tidak mengalami perubahan jadwal. Makanya saya ambil kereta yang malam, yang pukul 21.30, untuk menunggu suhu turun dulu," ujarnya.

Sementara itu, seorang WNI lainnya yang kini tinggal di Saint-Ouen-sur-Seine, Prancis, mengaku sempat mengalami keterlambatan bus akibat gelombang panas.

"Kalau bus pernah sekali, di jadwal harusnya sudah ada busnya. Namun ketika ke halte bus, ternyata ada tulisan 50 menit lagi [busnya sampai], mungkin gara-gara gelombang panas juga jadi berkurang busnya," tutur Maria Rosa kepada CNNIndonesia.com.

Maria, yang telah tinggal di Prancis selama lima tahun, juga menggambarkan kondisi kereta di negara itu kala gelombang panas menerpa.

"Kalau kereta, kayak KRL gitu, kereta bawah tanahnya ada yang ber-AC dan ada yang tidak. Jadi kalau misalnya tidak ber-AC, jendelanya dibuka," tuturnya.

"Sebenarnya kalau kereta bawah tanah lebih sejuk karena di bawah tanah, jadi lebih dingin gitu. Intinya aman."

Diah juga bercerita soal gelombang panas 2003 yang menewaskan ribuan orang. Selengkapnya di halaman sebelah >>>

gelombang-panas-picu-kebakaran-hutan-prancis-spanyo-4_169

Cerita WNI di Prancis saat Gelombang Panas (AP/Emilio Fraile)

Diah sendiri telah tinggal di Prancis sejak 1984. Menurutnya, Prancis sempat mengalami gelombang panas yang cukup parah pada 2003.

Namun saat itu, pemerintah dan masyarakat tak siap karena belum digembar-gemborkan isu pemanasan global.

"Jadi pada waktu itu kacau sekali, panik total. Ratusan ribu orang yang mati kekeringan. Panik sekali," kata Diah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian, suhu kala itu masih lebih rendah ketimbang yang dia rasakan saat ini. Suhu pada pukul 17.00 waktu setempat di daerahnya mencapai 41 derajat Celsius pada Selasa.

"Pada waktu itu rasanya sih [suhunya] mungkin masih di bawah 40 derajat [Celsius], ya 38 derajat [Celsius]. Sudah luar biasa pada waktu itu. Itu panik, panik total," ucapnya.

Suhu tinggi yang terjadi saat ini, kata Diah, membuat orang lebih lemas dan malas untuk melakukan aktivitas.

"Mau keluar sedikit itu hambatannya tidak enak sekali gitu, apalagi kalo harus seperti tadi pagi saya ada meeting, saya harus ambil transportasi [umum]. Wah, itu kayaknya berat sekali. Berat, panas sekali rasanya, pengap gitu," katanya.

Diah juga sempat menggunakan kereta bawah tanah dan bus. Kedua mode transportasi tersebut sudah dilengkapi penyejuk udara, seperti jendela dan AC, tetapi rasa panas masih terus ia rasakan.

Menurut Diah, pemerintah setempat sebenarnya sudah lama memberikan imbauan, mengingat cuaca panas seperti ini sudah dirasakan sejak awal Juni lalu.

"Imbauan misalnya seperti kurangi keluar saat siang hari. Jadi kalau [melakukan] apapun dilakukan pagi hari sebisanya. Sering minum, terutama anak kecil, dan imbauan untuk rumah-rumah jompo," katanya.

"Disarankan banyak makan buah-buahan. Imbauan itu sudah dari terprediksinya gelombang panas ini."

Tak hanya itu, tempat-tempat penitipan anak hingga fasilitas olahraga serta kegiatan luar ruangan lainnya juga tutup.

(pwn/has)


Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arenanews

Berbagi Informasi

Media Informasi

Opsiinfo9

Post Bottom Ad

Pages