Bahlil Sebut IMF Terapkan Standar Ganda dalam Pelarangan Hilirisasi By BeritaSatu.

 

Bahlil Sebut IMF Terapkan Standar Ganda dalam Pelarangan Hilirisasi

By BeritaSatu.com
beritasatu.com
June 19, 2023
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal

Jakarta, Beritasatu.com - Lembaga Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dinilai menjalankan standar ganda terhadap kebijakan hilirisasi Indonesia. Sebab pada saat yang sama, Amerika Serikat juga memberlakukan embargo bahan dan alat pembuatan semikonduktor ke Tiongkok, namun tidak dilarang.

“Menurut saya ada standar ganda yang dibangun di saat yang sama negara negara lain melarang ekspor, seperti Amerika, dia melarang ekspor semikonduktor, kenapa negara kita yang diusik?,” ucap Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (30/6/2023).

IMF melalui Article IV Consultation meminta Indonesia untuk mempertimbangkan potensi manfaat jangka panjang dari kebijakan hilirisasi. Beberapa hal yang akan terdampak oleh hilirisasi termasuk investasi asing, penerimaan negara, dan dampak kerugian bagi negara lain. IMF menilai langkah hilirisasi Indonesia akan mengganggu persaingan usaha dengan negara lain dan meminta Indonesia untuk secara bertahap menghapus pembatasan ekspor dan tidak memperluas pembatasan untuk komoditas lain.

Bahlil menjelaskan, melalui hilirisasi, kinerja ekspor di Indonesia justru meningkat. Neraca perdagangan Indonesia telah mengalami surplus selama 37 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Pada tahun 2017-2018, ekspor nikel hanya sebesar US$ 3,3 miliar. Namun, setelah diberlakukan pelarangan ekspor bahan mentah nikel, ekspor nikel secara perlahan pulih. Bahkan, pada tahun 2022, nilai ekspor dari hasil hilirisasi nikel mencapai US$ 30 miliar. Sebelumnya, Indonesia memiliki defisit perdagangan dengan Tiongkok. Pada periode 2016-2017, defisit tersebut mencapai US$ 18,4 miliar.

"Akibat hilirisasi, ekspor kita telah meningkat. Kami tidak lagi hanya menjual komoditas mentah, tetapi juga produk setengah jadi dan barang jadi. Pada tahun 2022, defisit dengan Tiongkok hanya US$ 1,8 miliar, dan pada kuartal I 2023, kami telah mencatat surplus sebesar US$ 1,1 miliar," ucap Bahlil.

Dari segi pendapatan negara, dalam dua tahun terakhir, pendapatan negara telah mencapai target. Bahlil menyatakan bahwa hal ini tidak terlepas dari hasil hilirisasi. Hilirisasi berdampak positif terhadap peningkatan pajak penghasilan badan, pajak pertambahan nilai, dan pajak penghasilan pasal 21.

"Ketika kita mendorong hilirisasi, kita akan meningkatkan penerimaan pajak penghasilan badan, pajak pertambahan nilai, dan pajak penghasilan pasal 21. Hilirisasi bukan hanya tentang menciptakan nilai tambah, tetapi juga merupakan wujud kedaulatan bangsa," tutur Bahlil.

Saksikan live streaming program-program BTV di sini

Baca Juga

Komentar