Pilihan

Tergerus Produk Impor, 50 Persen Pengusaha Tekstil di Majalaya Gulung Tikar By BeritaSatu

 

Tergerus Produk Impor, 50 Persen Pengusaha Tekstil di Majalaya Gulung Tikar

By BeritaSatu.com
beritasatu.com
September 29, 2023
Suasana salah satu pabrik tekstil di Majalaya, Kabupaten Bandung.
Suasana salah satu pabrik tekstil di Majalaya, Kabupaten Bandung.

Bandung, Beritasatu.com - Para pengusaha tekstil di Majalaya, Kabupaten Bandung, saat ini menghadapi tantangan besar dalam menjalankan bisnis mereka. Seolah hidup segan mati pun tak mau, mereka terpaksa beradaptasi dengan situasi yang sulit akibat tingginya impor bahan dan produk tekstil dari luar negeri dengan harga yang lebih murah.

Dalam kurun waktu setahun sejak 2022, sekitar 50% pengusaha tekstil dan produk tekstil di Majalaya harus menutup usahanya karena tidak mampu bersaing dengan produk luar negeri yang memiliki harga jauh di bawah harga pasar. Data ini diungkap Ketua Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Majalaya, Aep Endar.

Banyak pabrik yang dahulu memproduksi bahan benang dan kain sekarang terlihat terbengkalai, dengan bangunan dan mesin-mesin yang tidak beroperasi sejak tahun 2022. Menurut Aep Endar Cahyad, pihaknya telah terpaksa menghentikan produksi dan menjual sebagian mesin untuk menjaga kelangsungan bisnis di industri tekstil.

"Kondisi saat ini, banyak pabrik, termasuk pabrik saya, berhenti produksi dan menjual sebagian mesin untuk mengatasi masalah arus kas. Setelah pandemi Covid-19, kami menjual mesin untuk memperoleh modal," kata Aep Endar ditemui Beritasatu.com, Jumat (29/9/2023).

Endar menambahkan bahwa perusahaannya yang dahulu memproduksi sarung dan kain, kini beralih ke bisnis pembuatan kelambu yang dijual secara online sebagai upaya untuk bertahan di tengah persaingan yang ketat dari impor bahan dan produk.

"Dalam era digital yang semakin canggih, kita harus mengikuti perkembangan zaman. Saat ini, kami memproduksi sekitar 100 set kelambu tidur setiap hari. Ini merupakan langkah yang diambil untuk bertahan, mengingat bisnis sarung dan kain putih kalah bersaing dengan produk impor dari Tiongkok," jelasnya.

Aep juga berharap kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan regulasi terkait e-commerce atau toko online. Menurutnya, sektor UMKM harus dilindungi, dan pembatasan terhadap platform seperti TikTok dan toko online harus mendukung UMKM.

Selain itu, Aep berharap pemerintah dapat memberikan perlindungan kepada pengusaha tekstil sehingga mereka dapat kembali memproduksi produk tekstil secara berkelanjutan di masa depan. Dengan dukungan yang tepat, industri tekstil di Majalaya bisa menghadapi tantangan impor dan mempertahankan tradisi produksi lokal.

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Antaranews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsitek