5 Fakta Demonstrasi Anti-Muslim di Inggris, Masjid dan Hotel Diserang gegara Salah Paham
JAKARTA, iNews.id - Fakta-fakta demonstrasi anti-Muslim di Inggris menarik diketahui. Inggris dilanda demonstrasi besar-besaran oleh kelompok sayap kanan terhadap imigram Muslim disertai aksi anarkistis pada Minggu (4/8/2024).
Serangan tak hanya menyasar Muslim, tapi juga masjid dan fasilitas umum lainnya.
Sedikitnya dua hotel yang menampung para imigran pencari suaka diserang dan dibakar oleh ratusan orang dari kelompok radikal itu.
Berikut 5 fakta demonstrasi Anti-Muslim di Inggris seperti dikutip dari Al Jazeera:
1. Kerusuhan Terburuk di Inggris dalam 13 Tahun Terakhir
Demonstrasi disertai perusakan pada Minggu kemarin merupakan yang terburuk di Inggris sejak 13 tahun terakhir. Ratusan orang menggeruduk hotel-hotel serta menyerang masjid yang dulunya digunakan sebagai tempat menampung para imigran pencari suaka.
Massa di berbagai kota juga bentrok dengan polisi setempat. Mereka menghancurkan beberapa fasilitas dan membakarnya.
Polisi menghadapi serangan, lemparan baru, kayu, kursi, hingga alat pemadam kebakaran portable, saat berusaha mencegah para perusuh. Ini terjadi saat massa hendak menyerang hotel.
2. Massa Serang Beberapa Hotel Tampung Imigran Pencari Suaka
Massa, berjumlah ratusan orang, berkumpul di dekat Hotel Holiday Inn Express di dekat Kota Rotherham. Massa melempari batu ke bangunan, kemudian memecahkan kaca jendela lalu membakar tempat sampah.
Pejabat kepolisian Rotherham Lindsey Butterfield mengatakan, hanya sebagian dari demonstran saja yang menyerang hingga ke dalam hotel. Sisanya hanya menjadi penonton.
"Perilaku yang kami saksikan benar-benar menjijikkan. Hanya sedikit yang memilih untuk melakukan kekerasan dan penghancuran, yan lainnya hanya berdiri dan menonton, tapi tetap terlibat sepenuhnya dalam hal ini," kata Butterfield.
Kemudian pada Minggu malam, sebuah hotel di dekat Birmingham juga menjadi sasaran penghancuran. Kepolisian Staffordshire menyatakan hotel itu menampung imigran pencari suaka.
Suasana tegang juga terjadi di Kota Middlesborough. Para demonstran merusak barikade polisi. Selain itu demonstrasi juga pecah di Bolton, dekat Manchester.
Polisi terpaksa membubarkan paksa demonstrasi dengan mengambil tindakan ekstra.
3. Penyebab Kerusuhan
Demonstrasi anti-Muslim ini dipicu kesalahpahaman terkait tewasnya tiga anak kecil di Southport pada pekan lalu. Ketiga bocah perempuan itu ditikam saat mengikuti kelas tari oleh seorang remaja berusia 17 tahun.
Sempat beredar kabar bahwa pelaku penikaman seorang Muslim, padahal bukan. Polisi tak mengumumkan pelaku karena dia masih di bawah umur.
Pengadilan kemudian mengidentifikasi pelaku sebagai Axel Rudakubana, pria kelahiran Inggris. Hakim mencabut pembatasan pelaporan terkait pelaku kejahatan di bawah usia 18 tahun.
4. PM Inggris Keir Starmer Sebut Pelaku Preman
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menjanjikan respons yang cepat. Dia mengancam para pelaku kerusuhan akan mendapat hukuman setimpal, termasuk para penghasut yang mengobarkan kebencian di media sosial.
"Saya jamin, Anda akan menyesal ikut serta dalam kekacauan ini," kata Starmer.
Dia geram dengan menyebut para pelaku kerusuhan dari sayap kanan sebagai preman.
"Tidak ada pembenaran bagi premanisme sayap kanan yang telah menyebabkan serangan terhadap masjid, Muslim, dan etnis minoritas," ujarnya.
Dia menegaskan semua orang punya hak untuk merasa aman, namun komunitas Muslim dan masjid justru menjadi sasaran dan serangan.
5. Pelaku Diorganisasi dari Media Sosial
Pejabat kepolisian Inggris mengatakan, demonstrasi diorganisasi secara online oleh kelompok sayap kanan. Mereka menggunakan beberapa istilah seperti "Cukup Sudah "Selamatkan Anak-Anak Kita" dan "Hentikan Perahu".
Mereka juga menggunakan narasi yang biasa digunakan media serta aktivis sayap kanan tentang skala imigran menuju Inggris, khususnya pengungsi yang tiba dengan perahu kecil dari Prancis menyeberangi Selat Inggris.
Kepolisian pada Sabtu lalu menyatakan, lebih dari 150 orang ditangkap menyusul kerusuhan di Liverpool, Manchester, Bristol, Blackpool, dan Hull, serta Belfast di Irlandia Utara.
Padahal para pengamat berulang kali menegaskan, penyebaran informasi hoaks serta menguatnya retorika xenofobia mengenai imigran dan komunitas minoritas di Inggris bisa memicu pecahnya kerusuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar