Korsel Ungkap Alasan Indonesia Tak Langsung Putuskan Kontrak KF-21 Boramae Tetapi Meminta Pengurangan Iuran - Zona Jakarta
Korsel Ungkap Alasan Indonesia Tak Langsung Putuskan Kontrak KF-21 Boramae Tetapi Meminta Pengurangan Iuran - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.com - Proyek pengembangan jet tempur KF-21 Boramae yang dibangun oleh Korea dan Indonesia sempat mengalami kendala.
Salah satunya adalah mandeknya iuran yang dilakukan Indonesia, sehingga menimbulkan kontroversi.
Banyak opini di Korsel mengatakan bahwa, khawatir Indonesia tiak akan melanjutkan pengembangan bersama tersebut.
Hingga akhirnya Indonesia meminta pengurangan iuran sebagai bentuk penyelesaian atas masalah tersebut.
Menurut keterangan, Business Korea, pada 16 Agustus 2024, dalam artikel berjudul "Indonesia Mengurangi Kontribusi pada Proyek Jet Tempur KF-21 Dengan Pengurangan Cakupan Transfer Teknologi."
Kontribusi Indonesia terhadap pengembangan bersama jet tempur KF-21 Boramae telah berkurang secara signifikan.
Demikian diumumkan oleh Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) pada tanggal 16 Mei 2023.
Awalnya ditetapkan sebesar 1,6 triliun won, komitmen keuangan Indonesia telah berkurang.
Baca Juga:
sekarang telah disesuaikan menjadi 600 miliar won, yang mencerminkan tantangan perekonomian negara dan penundaan pembayaran.
Komite Promosi Proyek Pertahanan ke-163 menyetujui penyesuaian tersebut, yang juga mencakup pengurangan cakupan transfer teknologi dari Korea Selatan ke Indonesia.
DAPA menyatakan, "Kami telah menyesuaikan kontribusi pengembangan sistem di Indonesia menjadi 600 miliar won dan meninjau serta menyetujui rencana aksi selanjutnya, termasuk penyesuaian transfer nilai dan mengamankan dana yang tidak mencukupi."
Indonesia sebelumnya telah setuju untuk membayar sekitar 1,6 triliun won pada Juni 2026, bertepatan dengan selesainya pengembangan KF-21.
Namun, dengan alasan kesulitan ekonomi, Indonesia sejauh ini baru membayar sekitar 300 miliar won dan telah mengusulkan metode pembayaran alternatif.
Seperti kontribusi dalam bentuk barang seperti minyak sawit, atau meminta perpanjangan batas waktu pembayaran.
Media Korsel juga ungkap alasan Indonesia masih terus melanjutkan kerja sama pembangunan KF-21 Boramae bersama dengan Indonesia.
Menurut Incheon Today, pada 16 Oktober 2024, dalam artikel berjudul "Indonesia setara dengan Korea dalam Kerja Sama Industri Pertahanan."
Baca Juga:
Menurutnya, pengembangan bersama jet tempur KF-21 Boramae merupakan proyek yang dilihat Indonesia sebagai peluang penting untuk memperkuat kemampuan teknologi industri pertahanan sendiri melalui kerja sama industri pertahanan dengan Korea.
Diketahui pula, Presiden baru Indonesia, Prabowo Subianto, yang mengusung konsep tersebut saat menjabat sebagai Menteri Pertahanan pada pemerintahan terakhir.
Pada tahun 2016, pemerintah Korea, KAI, dan Indonesia sepakat untuk membagi biaya proyek (8,1 triliun won) untuk pengembangan bersama KF-21 masing-masing sebesar 60%, 20%, dan 20%.
Dengan demikian, bagian yang harus ditanggung Indonesia adalah sekitar 1,7 triliun won pada tahun 2026.
Diputuskan untuk mentransfer berbagai teknologi dan mentransfer satu prototipe.
Namun, tahun lalu, pihak berwenang Indonesia tiba-tiba mengumumkan bahwa hanya 600 miliar won yang dapat dibayarkan karena kesulitan keuangan.
Pemerintah Korea akhirnya menerima permintaan Indonesia pada bulan Agustus tahun ini untuk kelangsungan bisnis.
Karena kontribusinya berkurang sepertiganya, maka diputuskan untuk mengurangi transfer teknologi juga, namun tetap melanjutkan kerja sama.
***
ZONAJAKARTA.com - Proyek pengembangan jet tempur KF-21 Boramae yang dibangun oleh Korea dan Indonesia sempat mengalami kendala.
Salah satunya adalah mandeknya iuran yang dilakukan Indonesia, sehingga menimbulkan kontroversi.
Banyak opini di Korsel mengatakan bahwa, khawatir Indonesia tiak akan melanjutkan pengembangan bersama tersebut.
Hingga akhirnya Indonesia meminta pengurangan iuran sebagai bentuk penyelesaian atas masalah tersebut.
Menurut keterangan, Business Korea, pada 16 Agustus 2024, dalam artikel berjudul "Indonesia Mengurangi Kontribusi pada Proyek Jet Tempur KF-21 Dengan Pengurangan Cakupan Transfer Teknologi."
Kontribusi Indonesia terhadap pengembangan bersama jet tempur KF-21 Boramae telah berkurang secara signifikan.
Demikian diumumkan oleh Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) pada tanggal 16 Mei 2023.
Awalnya ditetapkan sebesar 1,6 triliun won, komitmen keuangan Indonesia telah berkurang.
Baca Juga:
sekarang telah disesuaikan menjadi 600 miliar won, yang mencerminkan tantangan perekonomian negara dan penundaan pembayaran.
Komite Promosi Proyek Pertahanan ke-163 menyetujui penyesuaian tersebut, yang juga mencakup pengurangan cakupan transfer teknologi dari Korea Selatan ke Indonesia.
DAPA menyatakan, "Kami telah menyesuaikan kontribusi pengembangan sistem di Indonesia menjadi 600 miliar won dan meninjau serta menyetujui rencana aksi selanjutnya, termasuk penyesuaian transfer nilai dan mengamankan dana yang tidak mencukupi."
Indonesia sebelumnya telah setuju untuk membayar sekitar 1,6 triliun won pada Juni 2026, bertepatan dengan selesainya pengembangan KF-21.
Namun, dengan alasan kesulitan ekonomi, Indonesia sejauh ini baru membayar sekitar 300 miliar won dan telah mengusulkan metode pembayaran alternatif.
Komentar
Posting Komentar