Tingkat Kematian Terumbu Karang di Australia Capai 95 Persen: Dampak Gelombang Panas - Tribunmanado

 

Tingkat Kematian Terumbu Karang di Australia Capai 95 Persen: Dampak Gelombang Panas - Tribunmanado

TRIBUNMANADO.CO.ID - Great Barrier Reef atau terumbu karang terbesar di lepas pantai timur laut Australia menghadapi degradasi yang makin parah akibat perubahan iklim. 

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Limnology and Oceanography Letters, yang dipimpin oleh Prof Maria Byrne dari Fakultas Ilmu Hayati dan Lingkungan Universitas Sydney, menyoroti dampak gelombang panas laut yang belum pernah terjadi sebelumnya pada ekosistem terumbu karang.

Situs ini terdiri dari sekitar 2.900 terumbu karang dan 900 pulau, membentang sepanjang 2.300 km (1.429 mil) di area seluas sekitar 344.000 km persegi (132.857 mil persegi). Situasi ini menimbulkan kekhawatiran bagi keanekaragaman hayati laut dan masyarakat yang bergantung pada ekosistem vital ini.

Studi ini melacak 462 koloni karang di stasiun penelitian di wilayah selatan terumbu karang selama 161 hari selama gelombang panas laut global tahun 2023-2024. Pada bulan Februari 2024, 66 persen koloni telah memutih, meningkat menjadi 80 persen dalam waktu dua bulan.

Pada bulan Juli, 44 persen koloni yang memutih telah mati, dengan beberapa jenis karang, seperti Acropora (karang berbatu yang penting bagi struktur terumbu), mengalami tingkat kematian hingga 95 persen.

“Temuan kami menggarisbawahi perlunya tindakan segera untuk melindungi terumbu karang, yang tidak hanya merupakan tempat keanekaragaman hayati yang penting, tetapi juga penting bagi ketahanan pangan dan perlindungan pesisir,” kata Prof Byrne, yang menambahkan bahwa terumbu karang “meskipun berstatus dilindungi, tidak kebal terhadap tekanan panas ekstrem yang memicu peristiwa pemutihan yang dahsyat ini.”

Studi ini juga mengaitkan gelombang panas laut dengan penyakit karang. Karang Goniopora, yang dikenal karena tentakelnya yang khas dan habitatnya yang berbatu, menderita penyakit pita hitam , yang menyebabkan tingginya angka kematian.

“Ini adalah peringatan bagi para pembuat kebijakan dan konservasionis,” kata Prof. Ana Vila Concejo dari Universitas Sydney. Ia menekankan perlunya intervensi pengelolaan segera untuk melindungi ekosistem ini.

Timbulnya pemutihan dan penyakit secara cepat, bahkan pada karang yang sebelumnya tangguh, menghadirkan tantangan dalam memprediksi komposisi terumbu karang di masa mendatang.

“Ketahanan terumbu karang tengah diuji seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan kita harus memprioritaskan strategi yang meningkatkan kemampuan mereka untuk bertahan terhadap perubahan iklim. Temuan kami menggarisbawahi perlunya intervensi pengelolaan yang segera dan efektif untuk melindungi ekosistem ini,” tambahnya dikutip YNet.

Selain ekologi, penelitian ini menyoroti peran penting terumbu karang dalam mendukung masyarakat manusia melalui penangkapan ikan, pariwisata, dan pertahanan pesisir.

Karena ancaman dari perubahan iklim dan emisi gas rumah kaca masih ada, para peneliti menyerukan kolaborasi antara masyarakat lokal, ilmuwan, dan pembuat kebijakan.

"Melihat dampaknya pada terumbu karang yang selama ini sebagian besar terhindar dari pemutihan massal sungguh menghancurkan. Tingginya angka kematian dan penyakit, terutama di daerah terpencil dan asri, menyoroti betapa seriusnya situasi ini," kata Dr. Shawna Foo, seorang peneliti kelautan di Universitas Sydney. (Tribun)

Sumber: Tribun Manado

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita