Menakar Efek Runtuhnya Silicon Valley Bank ke Startup dan Keuangan RI - CNN Indonesia

 

Menakar Efek Runtuhnya Silicon Valley Bank ke Startup dan Keuangan RI

CNN Indonesia
5-7 minutes
ANALISIS

Selasa, 14 Mar 2023 07:03 WIB

Pengamat menilai dampak kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) terbatas terhadap sektor keuangan RI. Namun, startup diperkirakan semakin sulit dapat pendanaan.

Pengamat menilai dampak kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) terbatas terhadap sektor keuangan RI. Namun, startup diperkirakan semakin sulit dapat pendanaan. Ilustrasi. (Getty Images via AFP/JUSTIN SULLIVAN).

Jakarta, CNN Indonesia --

Silicon Valley Bank (SVB) kolaps pada Jumat (10/3) pagi waktu Amerika Serikat (AS). Kebangkrutan bank spesialis pemberi pinjaman startup itu terjadi setelah 48 jam mengalami krisis modal.

Regulator California akhirnya memutuskan untuk menutup SVB dan menempatkannya di bawah kendali US Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC).

Salah satu faktor kebangkrutan SVB adalah kenaikan suku bunga agresif bank sentral AS (The Fed) selama setahun terakhir. Untuk menopang neraca, SVB menjual US$2,25 miliar saham baru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika suku bunga mendekati nol, bank-bank memborong obligasi bertenor panjang yang tampaknya berisiko rendah. Namun, ketika The Fed menaikkan suku bunga demi mengendalikan inflasi, nilai aset-aset tersebut jatuh.

Hal ini membuat bank-bank, termasuk SVB menanggung kerugian yang belum direalisasi. Tercatat, SVB telah kehilangan US$1,8 miliar obligasi yang nilainya hancur imbas kenaikan suku bunga acuan.

Keruntuhan bank yang berbasis di California itu pun memicu kepanikan di antara perusahaan modal ventura utama yang dilaporkan menyarankan perusahaan untuk menarik uang mereka. Maklum, SVB merupakan bank terbesar peringkat 16 di AS pada 2022 dengan kepemilikan aset sekitar US$209 miliar.

Pada akhir 2022, SVB memiliki aset senilai US$209 miliar dan deposito sekitar US$175,4 miliar. Namun, menurut FDIC, sebanyak 89 persen simpanan di SVB atau senilai US$175,4 miliar tidak diasuransikan. Nasib dana ini akan ditentukan kemudian.

Lebih jauh, keruntuhan SBV pun membuat sederet startup raksasa global yang memiliki sejumlah uang kas operasionalnya di bank tersebut terancam merugi. Adapun beberapa perusahaan itu seperti Vox Media, Roblox, Unity, Roku, hingga Circle.

Penutupan SVB juga bikin startup dan perusahaan modal ventura China panik. Pasalnya, SVB selaku pemberi pinjaman adalah jembatan antara modal AS dan pengusaha China.

Asisten Profesor di Institut Keuangan Shenzhen Zheng Lei mengatakan banyak perusahaan China yang terdaftar di AS telah menerima investasi dari dana modal ventura SVB. Dengan kata lain, keruntuhan SVB bakal mempengaruhi startup China.

Namun, Zheng mengatakan perusahaan teknologi China yang terdaftar di AS tidak akan terpengaruh secara langsung jika mereka tidak menyetor dana ke SVB.

Sementara itu, Fu Jian selaku Direktur Firma Hukum Henan Zejin mengatakan SVB adalah pilihan tepat untuk mengakses pasar modal AS. Menurutnya, bank tersebut tidak hanya menyediakan sumber daya bisnis, melainkan peluang jejaring yang luas.

"Runtuhnya SVB telah menurunkan kepercayaan perusahaan China pada bank asing, sehingga mereka akan lebih berhati-hati saat mempertimbangkan dana dolar AS," kata Fu, dikutip dari Channel News Asia, Senin (13/3).

Memang, sejauh ini tidak ada perusahaan teknologi atau modal ventura China yang secara terbuka mengakui menderita kerugian akibat kebangkrutan SVB. Namun, mereka tetap was-was.

Kebangkrutan SVB bahkan menjadi trending topic di media sosial Weibo. Para netizen China khawatir bakal terjadi krisis keuangan global imbas insiden tersebut.

Terlebih, sebagian besar perusahaan teknologi dan bank di China masih menghindari komentar publik. Hal ini memicu kekhawatiran di kalangan pemodal ventura dan perusahaan rintisan lain.

Belakangan, pemerintah Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk mengucurkan dana talangan (bailout) kepada SVB. Dengan begitu, semua deposito sekitar US$175,4 miliar bisa kembali.

Kegagalan SVB adalah yang terbesar usai Washington Mutual bangkrut pada 2008. Saat itu peristiwa kebangkrutan ini memicu krisis keuangan yang melumpuhkan perekonomian selama bertahun-tahun.

Lantas, bagaimana dampak kebangkrutan SBV kepada sektor keuangan dan startup di Indonesia?

Ekonom Bank Permata Josua Pardede dampak negatif penutupan SVB ke sektor perbankan RI cenderung terbatas.

Selain itu, kondisi sektor keuangan terutama perbankan di Indonesia saat ini cenderung solid jika mempertimbangkan kondisi likuiditas yang longgar (alat likuid/dana pihak ketiga dan alat likuid/non core deposit di atas threshold-nya).

"Kondisi solvabilitas perbankan RI juga masih solid sehingga dampak rambatannya ke sektor keuangan terutama perbankan Indonesia cenderung terbatas," ujar Josua kepada CNNIndonesia.com.

Pada perdagangan Senin (13/3), mata uang Asia termasuk rupiah cenderung menguat terhadap dolar AS. tercatat rupiah menguat 73,5 poin atau 0,48 persen ke level Rp15.376 per dolar AS.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Startup Sulit Dapat Dana

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Baca Juga

Komentar