China Mau Pasok Mesin Baru untuk Su-35 dan MiG 35 Meski Indonesia Abaikan - Zona Jakarta

 Internasional, 

China Mau Pasok Mesin Baru untuk Su-35 dan MiG 35 Meski Indonesia Abaikan - Zona Jakarta

Su-35 maupun MiG 35 belum bisa menarik minat Indonesia meski akan ditopang mesin baru dari China.  (Rosoboronexport)
Su-35 maupun MiG 35 belum bisa menarik minat Indonesia meski akan ditopang mesin baru dari China. (Rosoboronexport)

ZONAJAKARTA.com - Dua jet tempur generasi 4,5 asal Rusia yakni Su-35 dan MiG 35 sama-sama tak dimiliki Indonesia.

Salah satu di antaranya bahkan sempat ingin dibeli, namun Indonesia tak kunjung memberikan kepastian.

Sebaliknya, baik Su-35 maupun MiG 35 sama-sama akan ditopang oleh mesin baru buatan China agar tetap relevan dalam kondisi pertempuran masa kini.

Baca Juga:

Dilansir ZONAJAKARTA.com dari laman Bulgarian Military edisi Jumat, 3 Januari 2025 dalam artikelnya yang berjudul "BREAKING: China helps drive future Su-35 and MiG-35 engines", kabar ini sama sekali tak pernah diduga oleh negara perakit pesawat maupun pembuat mesin.

Pasalnya selama ini, China sangat bergantung dengan teknologi mesin buatan Rusia untuk menunjang performa jet tempur yang mereka produksi.

Akan tetapi belakangan rencana sebaliknya justru mencuat ketika Moskow terbilang sukses dengan produk pesawat termutakhirnya seperti Su-35, MiG 35, hingga yang terbaru Su-57.

Bukan tanpa alasan bagi Beijing sehingga mereka tampak lebih percaya diri menawarkan mesin baru kepada mitranya di Eropa Timur.

Sebab mesin yang dibuat oleh Negeri Tirai Bambu bukanlah mesin "konvensional" sebagaimana banyak ditemukan pada kebanyakan produk armada tempur udara.

Melainkan sudah diintegraskan dengan teknologi artificial intelligence (AI), yang menjadi penyebab meningkatnya kepercayaan diri saat menawarkan fitur tersebut kepada para insinyur di United Engine Corporation (UEC) milik Negeri Tirai Besi.

Baca Juga:

Rencana untuk memasok mesin baru untuk Su-35 dan MiG 35 merupakan babak baru dari kerja sama antara China dan Rusia yang selama ini sudah terjalin.

Keduanya memiliki tujuan bersama sekalipun ada kalanya posisi kedua negara berbalik satu sama lain.

Yakni membendung hegemoni Barat yang selama ini masih mendominasi penetrasi pasar ekspor di bidang militer khususnya pada ranah udara.

Su-35 maupun MiG 35 belum bisa menarik minat Indonesia meski akan ditopang mesin baru dari China. (Rosoboronexport)

China Mau Bantu Kembangkan, Indonesia Malah Abaikan

Ketika China berniat untuk membantu mengembangkan Su-35 meski Rusia merasa jet tempur tersebut sudah out of date, sikap sebaliknya justru ditunjukkan Indonesia.

Jakarta memang pernah mengincar pesawat ini, namun hingga berakhirnya pandemi Covid-19 justru tak ada kejelasan mengenai kelanjutan kontraknya.

Pihak Moskow sendiri sempat mengklaim bahwa kontrak masih belum benar-benar berakhir terlepas dari posisi NKRI yang sudah tampak berpaling ke lain hati.

Secercah harapan datang dari negara pimpinan Presiden Vladmir Putin itu ketika Prabowo Subianto baru saja dilantik menjadi Presiden RI menggantikan Jokowi.

Hal ini bahkan ditegaskan langsung oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia Sergey Tochlenov.

"The contract was never canceled or terminated, only frozen. We expect it will be carried out sooner or later. When or how it happens is a matter for the Indonesian government to decide," kata Tochlenov dikutip dari artikel berjudul "Russia Expects Indonesia’s Procurement of 11 Sukhoi Su-35 “Flanker-E” Fighter Jets to Proceed" yang dimuat oleh laman Defence Security Asia pada 21 Oktober 2024.

Baca Juga:

Meski Rusia masih meyakini Indonesia tertarik pada produk kedirgantaraan buatannya, tanda-tanda bahwa Su-35 akan benar-benar dibeli masih belum saja tampak.

Ada sejumlah pertimbangan rumit yang menyebabkan kontrak sebelas unit pesawat buatan Sukhoi dengan nilai 1,14 miliar dolar AS itu belum kunjung dieksekusi.

Salah satunya adalah pengalihan anggaran yang difokuskan pada pemulihan pandemi Covid-19 khususnya sepanjang tahun 2020 hingga 2021.

Selain itu, NKRI tak ingin mengambil risiko terkena sanksi CAATSA sebagaimana Turki ketika hendak membeli sistem pertahanan udara sekelas S-400.

Di sisi lain, Indonesia sama sekali tak memasukkan MiG 35 dalam perencanaan modernisasi alutsista yang sudah dicanangkan pemerintah.

Apalagi reputasi jet tempur buatan Mikoyan itu masih diragukan di kancah internasional.

Tidak mengherankan apabila produk armada tempur udara asal Rusia tidak menjadi prioritas utama untuk dibeli, sekalipun ada upaya untuk meningkatkan kemampuannya melebihi produk kompetitornya dari negara-negara Barat bahkan Asia Timur.

Halaman:
Su-35 maupun MiG 35 belum bisa menarik minat Indonesia meski akan ditopang mesin baru dari China. (Rosoboronexport)

Butuh Effort Lebih

Keragu-raguan Indonesia untuk membeli jet tempur buatan Rusia seperti Su-35 apalagi MiG 35 menjadi PR besar tidak hanya bagi negara produsen, namun juga China sebagai pihak yang berencana memasok mesin baru.

Sebab selama regulasi CAATSA masih berlaku, Jakarta akan berpikir seribu kali lantaran ketergantungan dengan produk buatan Amerika Serikat yang masih tinggi.

NKRI sendiri sudah banyak menggunakan produk industri pertahanan dari Negeri Paman Sam tidak hanya di ranah udara namun juga darat dan laut.

Sehingga butuh effort lebih bagi Moskow maupun Beijing untuk meyakinkan bahwa penawaran dari pihaknya tidak akan berdampak apapun bagi calon pelanggan.

Namun apabila berkaca dari Filipina dan India, Amerika Serikat tampak membiarkan kedua negara tersebut menggunakan rudal BrahMos buatan Rusia lantaran adanya kepentingan untuk menghadapi China dan proxynya di kawasan regional masing-masing negara.

Manila berkepentingan untuk menjaga haknya atas sebagian Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di Laut Natuna Utara, sementara New Delhi juga tengah menghadapi ancaman luar biasa dari Pakistan yang berkoalisi dengan Beijing.***

Halaman:

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita