Bisakah RI Nikmati Kentungan Hilirisasi Nikel Lebih dari 10 Persen? By CNN Indonesia

 

Bisakah RI Nikmati Kentungan Hilirisasi Nikel Lebih dari 10 Persen?

By CNN Indonesia

ANALISIS

CNN Indonesia

Kamis, 10 Agu 2023 07:08 WIB

Pengamat mengingatkan keuntungan yang bisa didapat RI dari hilirisasi nikel tercermin dari seberapa banyak terlibat dari proses hulu ke hiilir.

Pengamat mengingatkan keuntungan yang bisa didapat RI dari hilirisasi nikel tercermin dari seberapa banyak terlibat dari proses hulu ke hiilir. Ilustrasi. (iStockphoto/Ivorr).

Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah tengah gencar melakukan hilirisasi nikel yang dinilai bisa menciptakan nilai tambah dan membuka lapangan kerja.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah berulang kali menyampaikan dengan hilirisasi, nilai perdagangan nikel mengalami peningkatan. Ia juga menyebut kebijakan hilirisasi nikel telah membuka lapangan kerja hingga 40 kali lipat.

Ia memberi contoh hilirisasi nikel di Sulawesi Tengah yang bisa menyediakan pekerjaan bagi 71.500 tenaga kerja. Padahal, sebelumnya, hanya 1.800 tenaga kerja yang terangkut dalam pengolahan nikel di wilayah itu.

PARALLAX BANNER
300x250

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemudian di Maluku Utara sebelum hilirisasi hanya 500 orang, setelah hilirisasi menjadi 45.600 pekerja yang bekerja di hilirisasi nikel di sana," kata Jokowi dalam Pengukuhan Pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) 2023-2028, Senin (31/7).

Namun, kebijakan hilirisasi mendapat kritik dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang menyebut kebijakan itu justru akan merugikan Indonesia karena berpotensi adanya kehilangan pendapatan negara.

Tak hanya dari luar negeri, kritik akan hilirisasi juga datang dari dalam negeri. Misalnya Ekonom Senior Faisal Basri yang menyebut Indonesia hanya menikmati 10 persen dari keuntungan hilirisasi, sedangkan 90 persen dirasakan oleh China.

Salah satu penyebab kondisi itu terjadi lantaran China memiliki smelter nikel di Indonesia.

"Hilirisasi sekadar bijih nikel jadi nickel pig iron (NPI) jadi feronikel lalu 99 persen diekspor ke China. Jadi hilirisasi di Indonesia nyata-nyata mendukung industrialisasi di China. Dari hilirisasi itu, kita hanya dapat 10 persen, 90 persennya ke China," kata Faisal Basri.

Pernyataan Faisal Basri itu pun dibenarkan oleh Plt Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Firman Hidayat. Namun kondisi saat ini dinilai lebih baik dibandingkan saat Indonesia masih mengekspor dalam bentuk bijih nikel.

"Saat ini kita memang hanya menikmati 10 persen hilirisasi nikel, tapi sebelumnya kita bahkan 0 persen karena 100 persen diambil oleh China. Dengan melakukan hilirisasi, nilai ekspor kita meningkat berkali-kali lipat," katanya.

Lantas bisakah Indonesia menikmati keuntungan lebih dari hilirisasi nikel?

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan hilirisasi nikel terdiri atas beberapa tahap. Keuntungan yang bisa didapat RI dari hilirisasi nikel bisa dilihat dari seberapa banyak terlibat dalam tahap dari hulu hingga hiilir.

Artinya, sambung Yusuf, semakin banyak produk hilir yang dihasilkan di dalam negeri terutama yang sudah hampir selesai menjadi baterai kendaraan listrik, maka RI bisa menikmati keuntungan lebih dibandingkan kondisi saat ini.

Yusuf juga menilai RI kurang diuntungkan dari hilirisasi karena adanya ekspor ilegal bijih nikel. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebelumnya menduga ada ekspor ilegal bijih nikel ke Cina sebanyak 5,3 juta ton.

"Ini yang kemudian menimbulkan kerugian negara dan menurut saya hal-hal seperti ini juga masih harus diantisipasi," katanya kepada CNNIndonesia.com.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Hilirisasi Belum Optimal


BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Baca Juga

Komentar