Makanan Paling Mematikan di Dunia: Mengapa Kita Masih Mengonsumsinya? Halaman all - Kompas
/data/photo/2020/03/11/5e68e73042f81.jpg)
KOMPAS.com - Makanan adalah kebutuhan utama manusia untuk bertahan hidup. Namun, ada beberapa makanan yang dapat berakibat fatal jika tidak dikonsumsi dengan benar. Beberapa di antaranya mengandung racun alami yang bisa menyebabkan kematian, sementara yang lain berbahaya jika tidak diolah dengan tepat.
Artikel ini akan membahas tiga makanan paling mematikan di dunia yang masih dikonsumsi oleh banyak orang: singkong pahit, ikan buntal, dan jamur death cap.
1. Singkong Pahit

Lihat Foto
Singkong (Manihot esculenta) merupakan sumber karbohidrat utama bagi masyarakat di daerah tropis. Namun, ada satu jenis singkong yang berbahaya, yaitu singkong pahit. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, akar dan daun singkong ini mengandung senyawa beracun bernama glikosida sianogenik. Senyawa ini dapat terurai menjadi sianida di dalam tubuh, yang dapat menyebabkan gondok, kelumpuhan, hingga kematian.
Prabowo Diumumkan Maju Pilpres 2029, Apa Tanggapan Partai KIM Plus?
Baca juga: 5 Manfaat Jahe untuk Kesehatan dan Efek Samping yang Perlu Diwaspadai
"Dengan pengolahan yang benar, seperti merendam, merebus, atau menjemur, racun dalam singkong dapat dikurangi secara signifikan," kata Justin Brower, seorang ahli toksikologi forensik yang menulis blog Nature's Poisons.
Namun, singkong pahit tetap dikonsumsi di berbagai negara karena racunnya bisa dihilangkan melalui proses perendaman, perebusan, atau penjemuran di bawah sinar matahari.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa keracunan singkong menyebabkan lebih dari 200 kematian per tahun, sementara ribuan orang lainnya mengalami dampak jangka panjang seperti gangguan kognitif akibat paparan sianida dalam kadar rendah.
Baca juga: Benarkah Singkong Mengandung Racun yang Berbahaya?
2. Ikan Buntal (Fugu)

Lihat Foto
Di dunia hewan, salah satu makanan paling mematikan adalah fugu, atau ikan buntal, yang sering dikonsumsi sebagai sushi di Jepang. Beberapa spesies ikan buntal mengandung racun yang sangat berbahaya, yaitu tetrodotoksin.
Menurut StatPearls, racun ini dapat menyebabkan mati rasa, kelumpuhan, bahkan gagal napas dalam waktu 20 menit setelah dikonsumsi. "Tetrodotoksin diperkirakan 1.200 kali lebih beracun dibanding sianida, dengan dosis mematikan sekitar 2-3 miligram," tulis laporan dari StatPearls.
Karena tingkat bahayanya yang tinggi, ikan buntal dilarang di banyak negara. Namun, di Jepang, para koki harus mendapatkan lisensi khusus untuk menyiapkan fugu. Proses pelatihan bisa memakan waktu bertahun-tahun, dan ujian akhirnya mencakup mencicipi hasil olahan mereka sendiri. "Para koki yang lolos ujian harus bisa membersihkan ikan dan memisahkan bagian organ beracun dengan sempurna," menurut laporan dari The Japan News.
Meskipun ada sistem regulasi yang ketat, menurut Biro Kesehatan Publik Tokyo, setiap tahun masih ada puluhan kasus keracunan akibat ikan buntal, meskipun hanya sedikit yang berujung pada kematian.
Baca juga: Mengapa Ikan Buntal Sangat Beracun?
3. Jamur Death Cap

Lihat Foto
Dalam kerajaan jamur, death cap (Amanita phalloides) adalah salah satu yang paling mematikan. Menurut ahli toksikologi forensik Justin Brower, "jamur ini bertanggung jawab atas sekitar 90% kematian akibat keracunan jamur."
Death cap banyak ditemukan di Eropa, tetapi telah menyebar ke berbagai belahan dunia sebagai spesies invasif. Masalah utamanya adalah jamur ini sangat mirip dengan jamur lapangan biasa (Agaricus campestris), sehingga banyak orang yang salah mengidentifikasinya.
Gejala keracunan death cap muncul dalam waktu 6 hingga 12 jam setelah dikonsumsi dan meliputi mual, muntah, serta diare. Jika seseorang mengonsumsi setengah jamur death cap atau lebih, mereka bisa mengalami gagal hati atau ginjal dalam beberapa hari, yang berujung pada kematian. Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah racun dalam death cap bersifat tahan panas, sehingga tidak dapat dihancurkan dengan memasak.
Baca juga: Belajar dari Fenita Arie: Waspada Pneumonia saat Traveling ke Jepang
"Bagian terburuknya adalah bahwa death cap tidak kehilangan toksisitasnya meskipun dimasak," kata Brower.
Jumlah pasti korban akibat jamur death cap sulit diketahui karena banyak kasus tidak tercatat secara resmi. Namun, diperkirakan sekitar 100 orang meninggal setiap tahunnya akibat keracunan jamur ini, sementara ribuan lainnya mengalami sakit parah tetapi bisa pulih.
Ada harapan bagi mereka yang tidak sengaja mengonsumsi death cap: sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Nature Communications tahun 2023 menemukan bahwa pewarna fluoresen tertentu berpotensi digunakan sebagai penawar di masa depan.
Baca juga: Jamur-jamur Beracun Paling Mematikan di Dunia, Paling Beracun Ada di Eropa
Meskipun makanan-makanan ini dapat berakibat fatal, banyak orang tetap mengonsumsinya karena berbagai alasan, mulai dari ketersediaan bahan pangan hingga nilai kuliner yang tinggi.
Namun, kesadaran akan bahayanya sangat penting agar kita bisa menikmati makanan ini dengan cara yang lebih aman. Proses pengolahan yang tepat, regulasi ketat, serta edukasi tentang risiko yang ada adalah kunci untuk mencegah insiden keracunan yang tidak diinginkan.
Jika kamu ingin mencoba salah satu makanan ini, pastikan untuk hanya mengonsumsinya dari sumber yang terpercaya dan sesuai dengan prosedur keamanan yang telah ditetapkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Komentar
Posting Komentar