Pilihan

Impor Pakaian Bekas Dilarang, Thrifting Menjamur - Beritasatu

 

Impor Pakaian Bekas Dilarang, Thrifting Menjamur

Rabu, 15 Maret 2023 | 08:27 WIB
Oleh: Herman, Thomas Rizal / AB

Pedagang menunggu calon pembeli pakaian bekas yang di jual di Pasar Senen, Jakarta, Kamis 9 Maret 2023.
Pedagang menunggu calon pembeli pakaian bekas yang di jual di Pasar Senen, Jakarta, Kamis 9 Maret 2023. (Foto: B Universe Photo / Joanito De Saojoao)

Jakarta, Beritasatu.com - Tren thrifting di Indonesia menjadi polemik lantaran barang bekas yang diperjualbelikan kebanyakan hasil impor. Akibatnya, industri dalam negeri terpukul lantaran kalah bersaing dengan barang-barang luar negeri yang bekas tetapi harganya miring.

Advertisement

Hal ini yang membuat Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mengusulkan larangan thrifting karena dinilai merusak usaha mikro kecil menengah (UMKM) lokal. Sesungguhnya, Kemenkop UKM tak perlu mengusulkannya karena larangan impor pakaian bekas telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor.

Faktanya, meski ada larangan mengimpor pakaian bekas, barang tersebut dengan mudah ditemukan di sejumlah pasar di Indonesia, bahkan di dekat permukiman di pinggiran kota. Di Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat, seluruh toko di lantai dua dikhususkan untuk menjual barang bekas, terutama pakaian bekas.

Afifah, pekerja di salah satu toko pakaian bekas di Pasar Senen mengungkapkan pemilik tokonya mengimpor langsung pakaian bekas dari Korea Selatan, Tiongkok, dan Jepang. Dalam satu minggu, biasanya datang 12 bal pakaian bekas untuk dijual.

Advertisement

"Biasanya bos langsung telepon, kalau ada barang yang mau datang. Katanya sih impor langsung," kata Afifah kepada Beritasatu.com.

Salah seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya mengaku tidak kesulitan mendapatkan pakaian bekas dari Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, dan Australia. Ia pun merasa heran dengan usulan larangan thrifting oleh Kemenkop UKM.

"Kalau alasan mengganggu usaha kecil, justru bisnis pakaian bekas ini pelakunya banyak dari UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah, Red)," katanya.

"Di sini juga tidak pernah ada razia. Kalau memang dilarang, kan sudah ditutup dari dahulu. Namun bisa dilihat sendiri, di sini mayoritas pedagang pakaian bekas," lanjutnya.

Gofur, salah satu pegawai toko pakaian bekas dalam bentuk bal di Pasar Senen mengungkapkan dahulu pakaian bekas yang dijual di Pasar Senen masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok tetapi sekarang tidak lagi.

"Sudah tidak dari Tanjung Priok. Saya hanya ditelepon bos kalau ada barang yang mau datang ke Pasar Senen," katanya.

Namun, ia meyakini kegiatan impor pakaian bekas ini diketahui oleh pihak berwenang. "Ya sama-sama tahulah. Buktinya lancar-lancar saja barangnya masuk," kata Gofur.

Usaha Kecil Beromzet Besar
Sejumlah penjual mengaku mendapatkan barang itu dalam bentuk bal dari pedagang lain. Harganya juga bervariasi. Misalnya Bisri, yang membeli satu bal kaus seharga Rp 3,5 juta dengan berat 100 kilogram. Satu bal kaus biasanya berisi lebih dari 500 lembar. Untuk jin, satu bal harganya Rp 7,5 juta, dengan isi yang biasanya lebih sedikit daripada kaus karena bentuknya yang lebih besar.

Omzet dari bisnis pakaian bekas ini cukup menggiurkan. Bisri menuturkan dalam satu hari omzet dagangannya mencapai Rp 3 juta sampai Rp 4 juta. Saat akhir pekan, omzetnya bahkan bisa di atas Rp 6 juta.

Senada dengannya, Afifah mengatakan omzet toko yang dijaganya dalam sehari bisa mencapai Rp 5 juta. Pemiliknya mempunyai lima toko di Pasar Senen, sehingga omzetnya bisa mencapai Rp 25 juta per hari.

"Kalau weekend, satu toko bisa dapat sampai belasan juta," kata Afifah yang mengaku tidak tahu-menahu bagaimana barang yang dijualnya itu bisa sampai ke Indonesia.

Gofur mengungkapkan selain melayani pembeli yang datang ke lantai dua Pasar Senen, banyak juga pembeli dari daerah yang memiliki usaha jual beli atau reseller pakaian bekas. Pengiriman dilakukan ke berbagai daerah, antara lain ke Manado dan Aceh.

"Kita banyak kirim ke luar kota. Untuk pengiriman menggunakan jasa ekspedisi. Bisa juga langsung kita kirim pakai mobil box kecil kalau jaraknya dekat," ujarnya.

Cerita lain disampaikan Maria Nespita, pedagang pakaian bekas di Purwakarta. Ia sengaja datang ke Pasar Senen menggunakan kereta untuk membeli pakaian bekas dan menjualnya kembali di daerah asalnya. Sekali belanja, ia menghabiskan uang sekitar Rp 2 juta sampai Rp 3 juta.

"Biasanya langsung habis satu-dua minggu, jadi balik lagi ke sini. Saya sendiri baru mulai usaha awal tahun ini. Barang-barang di sini biar bekas, tetapi kualitasnya masih bagus dan murah," ungkapnya.

Hal yang sama disampaikan Ninik asal Bekasi. Dia juga mengaku membeli pakaian bekas di Pasar Senen untuk dijual kembali. Ninik telah menjalankan bisnis ini selama dua tahun terakhir.

"Biasanya sebelum ke Pasar Senen, saya tawarkan ke teman-teman kalau ada yang mau nitip. Jadi semacam jastip (jasa titip, Red) juga. Namun, saya juga punya toko kecil di rumah yang khusus menjual pakaian bekas. Semua barangnya saya dapatkan di Pasar Senen," katanya.

Saksikan live streaming program-program BTV di sini

TAG: 

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Antaranews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsitek