PTDI Berpotensi Jadi Pusat Perbelanjaan Jet Tempur Terbesar di ASEAN Jika Peroleh Lisensi Produksi Rafale - Zona Jakarta

 

PTDI Berpotensi Jadi Pusat Perbelanjaan Jet Tempur Terbesar di ASEAN Jika Peroleh Lisensi Produksi Rafale - Zona Jakarta

PTDI mengincar lisensi produksi agar menjadi pusat perbelanjaan jet tempur terbesar di ASEAN.  (Dassault Aviation)
PTDI mengincar lisensi produksi agar menjadi pusat perbelanjaan jet tempur terbesar di ASEAN. (Dassault Aviation)

ZONAJAKARTA.com - Kehadiran jet tempur generasi 4,5 asal Prancis yakni Rafale di tanah air siap disambut oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

Posisi Indonesia sebagai salah satu pengguna baru yang diperhitungkan membuat PTDI berniat untuk menyediakan layanan MRO hingga mengincari lisensi produksi Rafale dari Dassault Aviation.

Kepemilikan lisensi produksi Rafale maupun pesawat kelas dunia lainnya bisa mendorong PTDI menjadi pusat perbelanjaan jet tempur terbesar di ASEAN sehingga berpotensi meningkatkan devisa negara.

Baca Juga:

Dalam beberapa tahun belakangan, pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI semakin giat menggenjot modernisasi alutsista dari lini darat, laut, maupun udara.

Terkhusus bagi TNI AU, keberadaan pesawat existing yang usianya sudah tampak menua menjadikan pengadaan jet tempur baru harus dilakukan demi memperpendek kesenjangan kemampuan militer udara dengan negara lainnya.

Hal inilah yang mendorong Indonesia untuk membeli berbagai produk pesawat canggih berkarakter multirole dan berkemampuan siluman seperti Rafale.

Di mana kontraknya dimulai sejak Februari 2022 dan transaksi pembelian untuk 42 unit telah diselesaikan secara bertahap hingga Januari 2024.

Dilansir ZONAJAKARTA.com dari laman Antaranews.com edisi Rabu, 8 Juli 2024 dalam artikelnya yang berjudul "KSAU dan Menhan bahas rencana kedatangan pesawat tempur Rafale", enam unit pertama Rafale pesanan Indonesia yang bakal tiba di tanah air pada tahun 2026 mendatang bakal ditempatkn di dua kota strategis.

Yakni Pekanbaru yang berdekatan dengan Selat Malaka dan Pontianak sebagai kawasan terdekat dengan Laut Natuna Utara di mana NKRI memiliki hak atas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang kaya akan sumber daya alam dan dilindungi oleh hukum internasional.

Baca Juga:

Selain Pekanbaru dan Pontianak, Indonesia juga berencana untuk menempatkan batch Rafale berikutnya sebanyak satu skuadron di kawasan Indonesia Timur.

Hanya saja detail lokasinya masih belum diumumkan lebih lanjut oleh pihak terkait.

Namun satu tujuan pasti, pembelian Rafale oleh Kemhan RI untuk TNI AU memiliki satu tujuan pasti yakni menjaga kedaulatan NKRI khususnya di ranah udara.

PTDI mengincar lisensi produksi agar menjadi pusat perbelanjaan jet tempur terbesar di ASEAN. (Dassault Aviation)

Untuk menunjang kinerja Rafale saat dioperasikan oleh TNI AU, dibutuhkan sebuah fasilitas representatif yang menunjang kebutuhan maintenance, repair, dan overhaul (MRO).

Awalnya Indonesia sempat mendapat tawaran untuk menggunakan fasilitas MRO di India bahkan sejak awal penandatanganan kontrak pembelian pesawat.

Opsi berubah ketika PTDI mengusulkan engineering work package (EWP) dalam kerja sama offset (imbal beli) untuk setiap pembelian jet tempur dari luar negeri.

"Di luar offset yang menjadi standar Kemhan RI, kami usulkan satu proposal yang bernama engineering work package atau EWP," kata Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan kepada Antaranews.com melalui artikel berjudul "PT DI usul engineering work package dalam offset pengadaan Rafale" yang dimuat pada 1 Juli 2024.

Keberadaan EWP sangat berguna bagi peningkatan kualitas teknisi yang dipekerjakan PTDI dalam berbagai problem solving.

Mulai dari aspek engineering, analisis, drawing dan sebagainya yang menjadi kemampuan dasar bagi SDM terkait sebelum layanan MRO Rafale didirikan di tanah air.

Ini juga yang mendasari pengiriman sejumlah insinyur terbaik di tanah air ke fasilitas produksi Korea Aerospace Industries (KAI) dalam proyek KF-21 Boramae.

Baca Juga:

Pembangunan MRO saja tak cukup bagi PTDI meski Indonesia masih mampu untuk membeli Rafale dengan mengimpornya langsung dari Prancis.

Anggota Holding BUMN bernama DEFEND ID ini juga ingin menjadi bagian dari rantai pasok pesawat tersebut.

"Dirut PTDI Gita Amperiawan saat Media Gathering di Bandung belum lama ini menyatakan, PTDI berharap bisa menjadi bagian dari rantai pasok global atau global supply chain dalam memproduksi komponen pesawat tempur Rafale," tulis akun Instagram @kemhanri pada 13 Oktober 2024.

Bahkan lebih jauh lagi, PTDI juga ingin benar-benar terlibat langsung dalam proses produksi Rafale bahkan merakitnya di tanah air.

Namun itu semua hanya bisa dilakukan jika Dassault Aviation memberikan lisensi produksinya.

Dan inilah yang sesungguhnya hendak diincar Indonesia apabila TNI AU membutuhkan tambahan unit pesawat tersebut.

Sehingga ketika di kemudian hari terjadi situasi pelik yang berpotensi menghambat rantai pasok, fasilitas milik PTDI menjadi solusi untuk mengurai masalah tersebut.

Halaman:
PTDI mengincar lisensi produksi agar menjadi pusat perbelanjaan jet tempur terbesar di ASEAN. (Dassault Aviation)

Apabila dicermati secara mendalam, langkah PTDI untuk mengincar lisensi produksi Rafale juga sangat bermanfaat untuk memberikan kontribusi materi terhadap negara.

Atau dengan kata lain, produksi Rafale maupun jet tempur kelas dunia lainnya dengan lisensi yang diberikan pabrikan asal menjadikan PTDI tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan domestik.

Melainkan dapat menjelma menjadi pusat perbelanjaan jet tempur terbesar di ASEAN yang menarik minat negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan lain-lain.

Sebab tidak banyak negara di kawasan Asia Tenggara yang mengambil langkah berani seperti Indonesia dengan mengakuisisi 42 unit Rafale.

Dan boleh dibilang, satu-satunya negara tetangga yang memiliki kemampuan membeli jet tempur mutakhir sampai saat ini hanya Singapura dengan F-35 andalannya.

Melansir artikel berjudul "Singapore to buy eight F-35 jets, raise defense budget" yang dimuat oleh laman Defense News pada 29 Februari 2024, Singapura rela meningkatkan APBN mereka untuk bidang pertahanan demi memperoleh dua belas unit F-35B.

Pesawat tersebut berguna untuk melindungi wilayah maritim mereka, melengkapi F-35A yang sudah dimiliki untuk ranah angkatan udara.***

Halaman:

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita