Nasib Pilu Peternak di Blitar, Niat Beri Makan Malah Temukan Ribuan Ayamnya Mati: Berak Kapur - Tribun news

 

Nasib Pilu Peternak di Blitar, Niat Beri Makan Malah Temukan Ribuan Ayamnya Mati: Berak Kapur

By Dwi Prastika
jatim.tribunnews.com

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Imam Taufik

TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Nasib pilu dialami peternak di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Senin (22/5/2023).

Ribuan ayam yang akan panen mati mendadak, karena penyakit berak kapur atau yang lebih dikenal di kalangan peternak unggas adalah nelek putih.

Seperti yang dialami oleh Abas Surahman, peternak berusia 53 tahun asal Dusun Krajan, Desa TepasKecamatan Kesamben, Blitar, ini.

Dia memperkirakan mengalami kerugian yang cukup besar karena ribuan ayamnya mati mendadak dalam dua hari terakhir.

Diperkirakan ayam yang mati mendadak itu sekitar 4.000 ekor dari 10.000 ekor yang dipelihara dalam dua kandang.

Apesnya, 4.000 ekor ayam yang mati dalam kandang secara serentak itu sudah siap dipanen.

"Ya, tinggal kurang lima hari atau seminggu lagi akan kami panen, karena umurnya sudah 27 hari," ujar Abas.

Menurutnya, penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pullorum itu memang bukan jenis penyakit baru, namun seperti jadi penyakit 'musiman'.

Namun demikian, itu cukup jadi momok buat para peternak, karena kalau sampai menyerang satu atau dua ekor, itu bisa menyebabkan peternak akan bangkrut.

Sebab, sebanyak apapun ayam di kandang itu akan habis atau mati mendadak.

"Memang, seperti itu karena penyakit ini bisa menular dengan cepat dan menyebabkan kematian ayam juga cepat pula," ungkapnya.

Abas menuturkan, kejadian yang menimpa dirinya itu terjadi sekitar tiga hari lalu saat memberi makan ayam di kandangnya, yang ada di dekat rumahnya.

Saat itu, ia sebenarnya sudah menyadari kalau ada satu dua ekor ayamnya yang terlihat tak sehat.

Selain tampak lemas juga malas makan, sehingga hanya terdiam saja di saat ayam lainnya berebut makam.

Begitu dicek, Abas kaget mendapati ayamnya bukan cuma tampak lemas atau seperti mengantuk, namun beraknya sudah tak sewajarnya.

Yakni, cair dengan warna putih atau dikenal nelek putih atau berak kapur.

Penyakit itu selama ini cukup membuat peternak waswas, begitu juga dengan Abas yang saat itu langsung panik.

"Malam itu saya langsung mencari tahu apa obatnya, karena harus diobati semua ayam dua kandang itu. Sebab, penyakit itu dikenal dengan cepat menular," tuturnya.

Di saat sedang menyiapkan obat yang akan diberikan ke ayam ternaknya, Abas merasa tersambar petir karena paginya saat akan memberi makan, ternyata ayam di kandangnya sudah banyak yang mati.

Kondisinya sudah kaku, sehingga membuatnya panik karena hampir separuh dari 10.000 ekor ayamnya yang mati mendadak.

Siang itu, ia langsung mengubur 4.200 ekor ayamnya yang mati agar bakterinya tidak menular ke ayam yang masih bisa diselamatkan.

"Harus dikubur kalau ayam yang mati, karena terkena penyakit seperti itu biar tak menular ke ayam yang masih sehat," paparnya.

Akhirnya, sisa ayam yang masih selamat tidak dibiarkan dalam kandang karena rawan tertular dari kotoran berak kapur itu. Siang itu, ia langsung menjualnya supaya tidak mengalami rugi lebih besar lagi.

Minimal, ayam yang tersisa itu bisa dipakai menutup biaya perawatan selama 27 hari karena kerugiannya cukup lumayan. Hitungannya, biaya perawatan dalam 27 hari itu bisa mencapai Rp 10.000 lebih per ekor.

"Iya, itu sudah siap dipanen sehingga biaya produksinya ya lumayan per ekornya. Makanya, ayam yang selamat kemarin itu langsung saya jual agar kami tak mengalami rugi lebih besar lagi," ujarnya.

Kabar banyaknya ayam yang mati mendadak itu langsung tersiar ke para peternak lainnya.

Akhirnya, banyak peternak ayam yang cepat-cepat memanen ayamnya sebelum terkena penyakit berak kapur.

"Saya langsung memanennya dan sudah kami jual," ujar Ali, peternak yang kandangnya berjarak sekitar 1 km dari kandang ayam milik Abas itu.

Menanggapi kabar itu, Kepala Dinas Peternakan Pemkab Blitar, Toha Mashuri mengatakan, itu merupakan jenis penyakit yang ganas untuk ayam, sehingga para peternak di Kabupaten Blitar yang jumlahnya ribuan itu harus diselamatkan.

"Blitar ini pusatnya peternakan ayam, jangan sampai terkena masalah akibat imbas dari penyakit itu. Besok, kami akan menurunkan tim untuk mengambil sampel terhadap ayam yang mati dan sekalian memberikan penyuluhan juga," pungkasnya.

Baca Juga

Komentar